Sukses

Survei: 70 Persen UMKM Berencana Jualan di Media Sosial

Pelaku UMKM yang tertarik untuk menjajal kehebatan market online pun kian beragam.

Liputan6.com, Jakarta Survei oleh Sea Insight mencatat sekitar 70 persen pelaku usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) tertarik untuk memanfaatkan media digital e-commerce dan sosial media untuk mengembangkan usaha di masa pandemi Covid-19.

Presiden Komisaris Sea Group sekaligus Komisaris Bursa Efek Indonesia, Pandu P Sjahrir mengatakan, metodologi survei ini dijalankan kepada 20.000 anak muda usia 16 hingga 35 tahun. 2.200 diantaranya adalah pelaku usaha serta dilakukan melalui platform Garena dan Shopee selama periode Juni 2020.

"Melalui Data Digitalisasi UMKM Indonesia periode Juni 2020 ini, kami berharap dapat membantu memberi gambaran jelas dan mempercepat langkah transformasi digital yang signifikan dan berkelanjutan bagi UMKM di Indonesia. Terutama agar terjadinya kolaborasi di berbagai sektor yang tentunya perlu dukungan penuh dari pemerintah," ujar dia dalam webinar, Kamis (2/7/2020).

Menurutnya pandemi Covid-19 menuntut UMKM adaptif terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat ke digital. Bahkan tren peningkatan pemanfaatan digital akan terus berlanjut, kendati pandemi telah usai.

Adapun pelaku UMKM yang tertarik untuk menjajal kehebatan market online pun kian beragam. Yakni sektor retail, pertanian, kesehatan, hingga usaha peralatan rumah tangga sederhana.

Pandu menambahkan, UMKM juga telah mengubah strategi bisnisnya dengan memproduksi jenis barang yang laku di pasaran. Seperti masker dan hand sanitizer.

"UMKM sudah mulai meningkatkan pemanfaatan bisnis secara digital. Di Shopee, 1 dari 5 penjual adalah pengguna baru," tukasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Menkop Ungkap Penyebab UMKM Masih Enggan Go Online

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki buka suara soal keengganan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk beralih ke online. Menurut dia, takut kalah bersaing dengan penjual berskala besar menjadi alasan UMKM enggan go digital.

"Saya kira untuk UMKM go online, masih perlu proses edukasi. Karena mereka masih ragu, usaha kecil takut ketelen usaha gede," kata Teten dalam webinar, Kamis (2/7).

Menurutnya mayoritas pelaku bisnis UMKM di dalam negeri masih menganggap sistem penjualan secara online hanya menguntungkan pelaku usaha besar. Hal ini disebabkan adanya asumsi terkait penggunaan instrumen atau teknologi canggih untuk penunjang bisnis.

Padahal, ia menyebut dengan menerapkan layanan bisnis secara daring justru akan memberikan keuntungan lebih besar bagi UMKM di masa pandemi Covid-19 ini. Yakni, memperluas akses pasar dan menghemat biaya promosi.

Adapun instrumen atau alat penunjang yang diperlukan ialah smartphone dan jaringan internet yang stabil. Namun, Teten mengakui jika tidak semua daerah memiliki jaringan internet yang baik untuk kegiatan usaha.

Untuk itu, pihaknya berjanji akan meningkatkan kegiatan sosialiasi terkait pemanfaatan teknologi untuk pengembangan bisnis. Sekaligus penyediaan smartphone dan peningkatan kualitas jaringan internet yang lebih baik bagi pelaku UMKM di daerah.

"Apalagi mayoritas usaha kecil itu adanya di daerah-daerah. Maka, untuk meningkatkan penjualan ya harus terhubung dengan marketplace," tukasnya.

Â