Sukses

Pemerintah Minta AS hingga Jerman Kembangkan Alat Kesehatan di Indonesia

Kepala BKPM mengaku adanya beberapa pihak yang sengaja tak membangun industri kesehatan dalam negeri

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membeberkan alasan Indonesia masih harus mengimpor bahan baku obat serta alat kesehatan dari luar negeri.

Tak tanggung-tanggung selama ini porsi impor sekitar 90 persen dibanding porsi yang mampu dipenuhi industri dalam negeri.

"Menyangkut dengan alat kesehatan, saya setuju sekali. Saya dulu waktu pengusaha 90 persen alkes kita ini impor. Ini sengaja memang," ujar Bahlil dalam rapat virtual bersama DPR, Jakarta, Kamis (23/4/2020).

Menurut Bahlil, sejak dulu memang ada yang sengaja melakukan pembiaran agar industri kesehatan tidak dibangun di dalam negeri. Dia bahkan mengakui, sudah mengetahui adanya permainan impor obat sejak 2006.

"Dari dulu saya juga salah satu pengusaha tahun 2006, itu main barang ini. Aku tahu betul ini barang permainannya bagaimana. Sengaja ini industrinya nggak dibangun," jelasnya.

Dia pun melanjutkan, kondisi kecurangan tersebut tidak akan berlangsung lebih lama lagi. Sebab, pemerintah sudah mulai mendorong pengembangan industri obat hingga alat kesehatan tersebut apalagi di tengah pandemi Virus Corona.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

AS hingga Jerman

Beberapa negara sudah mulai diajak kerja sama untuk mengembangkan industri alat kesehatan dan bahan baku obat di Indonesia. Investor potensial tersebut antara lain berasal dari Korea Selatan, Amerika Serikat, hingga Jerman.

"Kemarin atas arahan Presiden untuk segera memikirkan, mencari investor yang akan melakukan investasi di bidang alat kesehatan. Kita minta dari Korea, dari Amerika, dari Jerman dan beberapa negara lain. Ini sekarang kita kerjakan," tandasnya.

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.