Sukses

Bagaimana Penghitungan Pajak dengan Penghasilan Rp 2 Juta?

Saya sedang membantu tukang sayur langganan yang buat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk mengajukan pinjaman di bank. Bagaimana cara itung pajaknya?

Liputan6.com, Jakarta - Kepada Tim Konsultasi Pajak,

 

Saya sedang membantu tukang sayur langganan yang buat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk mengajukan pinjaman di bank. Pembuatan NPWP itu dilakukan pada Agustus 2018. Pada saat pendaftaran, mereka menyebutkan penghasilannya Rp 2 juta.

Bagaimana cara menghitung pajak mereka pada bulan sebelumnya dan September? Jadi waktu itu ketika diminta bayar pada Mei dan Juni sebesar Rp 20 ribu dan Juli Rp 10 ribu.

Kemudian bagaimana cara membuatkan idbilling untuk mereka melalui komputer?

 

Terimakasih

 

 

thexxxx@yahoo.com

 

Jawaban

 

Yth. Saudara Theolina Winoto,

Penghasilan dari usaha yang diterima Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu dikenai Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 0,5 persen dari jumlah peredaran bruto sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 (PP 23/2018).

Yang termasuk pengertian Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu dalam PP ini adalah Wajib Pajak yang menerima penghasilan dari usaha yang jumlah peredaran brutonya dalam satu Tahun Pajak tidak melebihi Rp 4,8 miliar.

Agar dapat dikenai PPh sesuai PP 23/2018 ini, Wajib Pajak harus mengajukan permohonan Surat Keterangan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan menggunakan “Contoh Permohonan Surat Keterangan” sebagaimana diatur dalam Bagian B Lampiran Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 99/PMK.03/2018.

Apabila tukang sayur langganan Saudara memilih untuk dikenai PPh sesuai PP 23/2018, PPh yang harus dibayar atas peredaran bruto (nilai penjualan sayur) sebesar Rp 2.000.000 pada September adalah sebesar Rp 10.000 (0,5% x 2 juta).

Jumlah tersebut harus dilunasi dengan cara penyetoran sendiri oleh Wajib Pajak ke kas negara melalui Bank Persepsi dan Kantor Pos & Giro yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Penyetoran sendiri PPh ini dilakukan setiap bulan paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Kode jenis setoran yang digunakan pada saat membuat e-billing adalah 411128-420.

Selanjutnya, dalam hal jumlah peredaran bruto Wajib Pajak telah melebihi Rp 4,8 Miliar dalam satu Tahun Pajak, maka Wajib Pajak tersebut tidak termasuk ke dalam pengertian Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu sesuai PP 23/2018.

Wajib Pajak yang memilih untuk tidak dikenai PPh sesuai PP 23/2018 juga tidak termasuk dalam pengertian Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu meskipun peredaran brutonya belum melebihi Rp 4,8 miliar dalam satu Tahun Pajak.

Wajib Pajak yang memilih untuk tidak dikenai PPh sesuai PP 23/2018 wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak dengan menggunakan “Contoh Pemberitahuan Wajib Pajak Yang Memilih Dikenai Pajak Penghasilan Berdasarkan Ketentuan Umum Pajak Penghasilan” sebagaimana diatur dalam Bagian A Lampiran PMK-99/PMK.03/2018. Terhadap Wajib Pajak yang tidak termasuk ke dalam PP 23/2018 ini akan dikenakan PPh berdasarkan Ketentuan Umum Pajak Penghasilan.

Adapun PPh berdasarkan Ketentuan Umum Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) dan dikalikan dengan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal 17 ayat (2a), atau Pasal 31E UU PPh.

Penghasilan Kena Pajak dihitung dengan cara mengurangkan penghasilan bruto yang diperoleh dengan biaya-biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut. Khusus bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri mendapatkan tambahan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 UU PPh.

Apabila tukang sayur langganan Saudara memilih untuk tidak dikenai PPh sesuai PP 23/2018, maka dengan asumsi yang bersangkutan telah kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak, maka PPh nya dihitung sesuai dengan Ketentuan Umum Pajak Penghasilan sebagai berikut :

 -Omset Penjualan sayur setahun                                                                    = 24.000.000 

-Asumsi : Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara Penghasilan       = (10.000.000) 

-Penghasilan Neto                                                                                          =  14.000.000 

-Status PTKP (K/3)                                                                                         =(72.000.000) 

-Penghasilan Kena Pajak (PKP)                                                                        =                 0

 -PPh dibayarkan ke negara                                                                             =                 0  

 

Demikian penjelasan dari kami. Semoga bermanfaat.

 

 

 

Salam,

Fitrah Purnama Megawati, S.Sos

Citas Konsultan Global (CITASCO)

Jl. Ciputat Raya No. 28 C Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240

www.citasco.com

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini