Sukses

Saham Apple Bebani Wall Street

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menghentikan reli didorong tergelincirnya saham Apple.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menghentikan reli didorong tergelincirnya saham Apple. Hal itu dipicu perkiraan penjualan mengecewakan dan pemerintah AS mengurangi optimisme atas pembicaraan perdagangan antara AS-China.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 111,34 poin atau 0,44 persen ke posisi 25.269,4. Indeks saham S&P tergelincir 17,6 poin atau 0,64 persen ke posisi 2.722,77. Indeks saham Nasdaq merosot 77,06 poin atau 1,04 persen ke posisi 7.356,99.

Selama sepekan, indeks saham Nasdaq dan S&P 500 mencatatkan keuntungan mingguan terbesar sejak Juni. Indeks saham Dow Jones membukukan kenaikan terbesar sejak Juni.

Sepekan ini, indeks saham S&P 500 dan Dow Jones masing-masing mendaki 2,4 persen. Sedangkan indeks saham Nasdaq bertambah 2,7 persen.

Saham Apple turun 6,6 persen sehingga mendorong kapitalisasi pasar di bawah USD 1 triliun pada penutupan perdagangan menjelang akhir pekan ini. Hal itu terjadi usai produsen iPhone mengingatkan penjualan untuk kuartalan mungkin kehilangan harapan. Pada Agustus 2018, Apple menjadi perusahaan AS pertama yang terdaftar di bursa saham AS dengan nilai pasar USD 1 triliun.

Sebagian besar produsen chip pun melemah sehingga mendorong sektor saham teknologi tergelincir 1,9 persen. "Sentimen itu dipengaruhi penghasilan Apple, dan membebani pasar sepanjang hari,” ujar Chief Investment Officer  North Star Management Corp, Eric Kuby seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (3/11/2018).

Ia menambahkan, pendapatan merosot dari Kraft Heinz juga berdampak terhadap pasar. “Dengan Kraft, Anda memiliki dua jenis perusahaan yang mengecewakan,” kata dia.

Sentimen lain pengaruhi wall street mengenai perkembangan perang dagang. Catatan oleh penasihat ekonomi gedung putih Larry Kudlow menuturkan, pembicaraan perdagangan dengan China mengurangi suasana.

Namun, Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada November 2018. Kudlow menuturkan, Trump belum meminta pejabat AS untuk menyusun rencana perdagangan yang diusulkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Hal tersebut mendorong sektor saham industri S&P tergelincir 0,3 persen. Sektor saham industri sensitif terhadap isu perdagangan.

"Itu memberi tahu Anda, tarif masih merupakan faktor, dan dari reaksi yang kami lihat menunjukkan kalau tarif bebani keputusan investasi dari pada apa yang orang antisipasi sebelumnya,” ujar Michael Matousek, Head Trader US Global Investors Inc.

Data ekonomi yang sehat dengan laporan penghasilan dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan pertumbuhan pekerjaan menguat tajam pada Oktober. Hal itu mendorong spekulasi kenaikan suku bunga berlanjut pada Desember.

Adapun saham yang tertekan antara lain saham Kraft Heinz turun 9,7 persen usai perseroan memperkirakan pendapatan kuartalan dan harga komoditas merosot. Biaya lainnya dan promosi juga bayangi penjualan lebih tinggi dari perkiraan.

Saham Chevron naik 3,2 persen usai melaporkan laba kuartalannya dua kali lipat seiring rekor produksi minyak dan gas. Sementara itu, saham Starbucks Corp naik 9,7 persen dan mencapai rekor tertinggi usai melaporkan penjualan yang kuat di AS.

Volume perdagangan saham tercatat 8,9 miliar saham di wall street. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata harian sekitar 8,8 miliar saham dalam rata-rata perdagangan 20 hari.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.