Liputan6.com, Jakarta - Rumah adalah kebutuhan primer yang harus dimiliki seseorang untuk meningkatkan kualitas hidup. Sayangnya, harga rumah yang semakin mahal membuat kebutuhan satu ini sulit untuk dijangkau.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan solusi yang ditawarkan bank dan pengembang bagi warga Indonesia yang ingin memiliki rumah. Jika membeli rumah harus secara tunai, mungkin seorang karyawan kantoran biasa tidak akan pernah bisa mewujudkannya. KPR hadir sebagai solusi.
Namun, meski sudah memiliki uang cukup sekalipun, masih banyak pertimbangan yang bisa membatalkan transaksi pembelian rumah. Apa saja alasannya?, berikut seperti dikutip dari www.cekaja.com, Selasa (9/8/2016):
1. Riwayat hunian
Setelah menentukan akan membeli rumah melalui KPR konvensional atau KPR syariah, hal berikutnya yang biasa dilakukan adalah menelusuri riwayat rumah. Jika rumah dijual di bawah harga pasar, Anda patut curiga. Jangan-jangan ada yang salah dengan rumah tersebut.
Baca Juga
Bagaimana jika ternyata tanah tempat rumah berdiri dulunya merupakan tanah bekas pemakaman atau pernah menjadi lokasi kriminal.
Anda juga patut curiga kalau kepemilikan rumah hanya berlangsung tidak lebih dari setahun. Mungkin rumah tersebut merupakan objek sengketa di pengadilan. Bila tidak teliti soal riwayat bisa-bisa Anda dirugikan sebagai pemilik baru.
2. Kebiasaan pemilik rumah terdahulu
Jika Anda membeli rumah second, cari tahu bagaimana kebiasaannya mengurus rumah. Jika pemilik sebelumnya kurang apik atau jorok, mungkin ada banyak perbaikan yang harus dilakukan pemilik baru. Artinya Anda harus mengeluarkan biaya tambahan.
Jika pemilik sebelumnya memelihara kucing atau anjing sedangkan Anda orang yang alergi bulu binatang, kondisi ini pasti membuat Anda tidak nyaman.
3. Lokasi rumah
Anda jelas harus berpikir ulang sebelum membeli rumah yang berada di lokasi rawan banjir. Karena biasanya, asuransi properti akan menolak klaim jika rumah berada di kawasan langganan banjir.
Lokasi rumah di dekat tempat usaha juga tidak disukai sebagian orang. Sebab, aktivitas dagang yang ramai bisa menganggu ketenangan. Anda pasti tidak mau kan saat sedang asyik-asyiknya tidur terbangun oleh suara mobil truk yang sedang bongkar muatan barang.
Begitu juga dengan rumah yang berhadapan langsung dengan jalan raya. Polusi, debu, dan asap kendaraan membuat rumah cepat kotor. Lingkungan seperti ini pastinya kurang baik untuk tumbuh kembang anak. (Ahm/Ndw)
Advertisement