Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional berada di batas bawah atau di angka 5,4 persen pada tahun ini.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menerangkan, melambatnya pertumbuhan ekonomi mendapat tekanan dari faktor eksternal. Dalam hal ini, dipengaruhi oleh membaiknya perekonomian Amerika.
Di tambah, anjloknya harga minyak dunia serta harga komoditas menjadi penekan penekan laju pertumbuhan ekonomi.
"Kita lihat minyak US$ 110 jadi US$ 55 sampai US$ 57 per barel menunjukan permintaan energi turun. Batu bara pernah US$ 150 sekarang US$ 60 menunjukan permintaan energi lemah, CPO, karet juga jatuh. Indonesia kena dampak eksternal tersebut," kata dia, di DPR, Jakarta, Senin (20/4/2015).
Dia menambahkan, melambatnya pertumbuhan ekonomi lebih terasa terjadi di wilayah luar pulau Jawa karena merupakan penghasil komoditas.
"Jawa tidak tergantung CPO dan karet 5,5 persen sampai 6 persen, mungkin 5,3 persen sampai 6 persen di Jawa. Memang yang kemudian membuat kami dari 5,4-5,8 persen cenderung di batas bawah di 5,4 persen di 2015," lanjutnya.
Dia bilang, mungkin saja arah pertumbuhan ekonomi bisa berbalik arah apabila pemerintah segera merealisasikan pembangunan infrastruktur. Kemudian, adanya perbaikan pada harga komoditas.
"Faktor komoditas tambang dan pertani yang cukup signifikan. Selama tambang dan pertanian belum meningkat secara pesat memang pertumbuhan ekonomi ke kepala 6 persen butuh waktu," ujarnya.
Namun di sisi lain, dia menuturkan perbaikan ekonomi Amerika membawa perbaikan dalam jangka panjang.
"Kita lihat jangan jangka per kuartal tapi jangka panjang. Ekonomi Amerika kan membaik sendirian. Tapi membaiknya pada gilirannya mungkin 6 bulan 1 tahun akan mengerek di China, Eropa tentunya Indonesia kena dampak positif," tandas dia.(Amd/Nrm)
Ekonomi Melambat, BI Tagih Realisasi Infrastruktur
Melambatnya pertumbuhan ekonomi lebih terasa terjadi di wilayah luar pulau Jawa
Advertisement