Anak OI yang Bertulang Rapuh Masih Bisa Berkarya dan Berprestasi

Osteogenesis imperfecta (OI) bukanlah penghalang bagi anak-anak untuk terus berkarya dan berprestasi.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 18 Nov 2013, 12:30 WIB
Osteogenesis imperfecta (OI) bukanlah penghalang bagi anak-anak untuk terus berkarya dan berprestasi. Anak-anak ini sama seperti anak normal lainnya yang memiliki potensi yang sama.

Demikian disampaikan Direktur PPTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Ekowati Rahajeng, SKM.,M.Kes dalam acara 'Temu Media Osteogenesis Imperfecta: Forum Osteogenesis Imperfecta Indonesia', di Kantor Pusat IDAI Matraman, Jakarta, Senin (18/11/2013)

"Jangan pernah membedakan anak-anak penderita OI dengan anak normal lainnya. Sebab, mereka memiliki potensi yang sama untuk bangsa ini," kata Ekowati Rahajeng dalam pidatonya," kata Dr Ekowati.

OI merupakan penyakit genetik yang menyebabkan tulang mudah patah. Dan penyakit keturunan ini terjadi pada satu dari 20.000 orang anak di Indonesia. OI juga merupakan penyakit tanpa adanya penyebab yang jelas. OI dapat pula menyebabkan terjadinya kelemahan otot, bentuk gigi yang rusak, tulang belakang yang membungkuk, serta hilangnya pendengaran.

Bahkan parahnya, penderita OI yang memiliki tulang rapuh, tulang dapat patah hanya dengan melakukan aktivitas biasa. OI timbul karena adanya kelainan genetik pada kolagen tipe 1 atau pada jalur yang memengaruhi produksi kolagen. Gangguan pada kolagen maupun pada jalurnya, mengakibatkan kemampuan tubuh untuk menghasilkan tulang yang kuat terganggu, sehingga tulang menjadi mudah retak.

Dari jumlah anak-anak di Indonesia yang mencapai 80 juta jiwa, jumlah penderita Osteogenesis Imperfecta (OI) atau tulangnya mudah patah sekurang-kurangnya mencapai 3.000 jiwa. Tapi, angka itu masih akan bertambah mengingat masih minimnya informasi mengenai penyakit OI ini.

(Adt/Mel)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya