`Ekspor Asap` Indonesia ke Singapura-Malaysia Disorot Dunia

Kabar menara kembar Petronas tampak kelabu dan Marina Bay tertutup kabut tebal menyebar ke seantero dunia. Indonesia jadi "tersanglka"

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 21 Jun 2013, 04:30 WIB
Tak hanya mengekspor tenaga kerja ke Malaysia dan Singapura, Indonesia juga dituding mengirimkan asap ke dua negeri jiran.

Tebalnya kabut asap  mencekik pernafasan warga dua negara tetangga. Melampaui ambang batas keamanan bagi kesehatan.

Kabar menara kembar Petronas tampak kelabu dari kejauhan dan Hotel Marina Bay -- yang jadi landmark Negeri Singa -- tertutup kabut tebal menjadi perhatian dunia.

Hampir semua media internasional, dari semua negara, memberitakannya. Termasuk Washington Post yang memberitakan soal dampak kabut asap, dalam judul," Singapore pollution hits record, Malaysia shuts 200 schools amid haze from Indonesia fire". Atau, "Polusi udara Singapura melampaui rekor, Malaysia tutup 200 sekolah di tengah asap dari kebakaran di Indonesia"Kabar senada juga dimuat BBC, Voice of America,

Sementara situs Inquirer.net, menyoroti kemarahan warga Singapura dan para turis, dalam berita berjudul, "Worsening haze from Indonesia angers Singapore, tourists"

"Kami akan meninggalkan Singapura dua hari lebih awal karena kami mengalami masalah pernafasan, kata Zac Kot, 40, pebisnis asal AS yang berlibur bersama istri dan putrinya.

Hampir semua berita menuding Indonesia yang jadi biang keladi.

Yang lain, seperti Strait Times dan Al Jazeera punya angle berbeda.  Soal Menkokesra Agung Laksono yang menyebut, "Singapura jangan seperti anak-anak", soal kabut asap.


PM Singapura angkat bicara

Seperti dimuat Channel News Asia, Jumat (21/6/2013), di Malaysia, lebih dari 200 sekolah ditutup, ribuan murid dirumahkan, pemerintah melarang pembakaran lahan agar polusi tak makin parah.

Departemen Lingkungan Hidup Malaysia sudah berkirim surat pada pihak Indonesia, agar melakukan yang terbaik mengurangi jumlah titik api. Bahkan menawarkan bantuan untuk mengatasi masalah itu.

Sementara jumlah titik api di Malaysia juga dilaporkan bertambah. Di Sarawak, Malaysia Timur, jumlah titik api mencapai 70. Sementara di Kelantan ada 9 hot spot.

Di Singapura, Perdana Menteri Lee Hsien Loong bahkan menggelar konferensi pers khusus mengenai soal kabut asap.

"Kita tak bisa menentukan sampai kapan masalah kabut asap akan terjadi, tergantung kebakaran lahan, cuaca, dan angin," kata dia seperti dikabarkan Wall Street Journal, 20 Juni 2013.

"Mungkin berangsung sampai beberapa Minggu, atau bahkan lebih lama, sampai musim kering berakhir di Sumatera, sampai September atau Oktober."

Asal kabut asap versi Indonesia

Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelontorkan dana Rp 25 miliar untuk mengatasi kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di Riau. Upaya penanggulangan segera dilakukan karena dampak kabut asap ini sudah dikeluhkan negara tetangga, Singapura.

"Guna mengatasi bencana asap tersebut, BNPB sudah menyiapkan dana Rp 25 miliar melalui dana siap pakai BNPB untuk melakukan hujan buatan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, (20/6/2013).

Sutopo menambahkan, berdasarkan data satelit NOAA18 di Kementerian Kehutanan pada 18 Juni, jumlah titik panas di Riau terpantau ada 148 titik, Jambi 26 titik, Kalimantan Barat 22 titik, Sumatera Selatan 6 titik, dan Sumatera Barat 5 titik.

Namun ternyata titik panas tidak hanya berada di Indonesia saja. Data satelit itu juga terjadi di beberapa negara lainnya. Di Malaysia terpantau 8 titik, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja 29 titik, dan Myanmar 17 titik. "Jumlah tersebut belum dikategorikan besar jika dibandingkan puncak kemarau yang seringkali mencapai ribuan titik," ujarnya. (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya