Bitcoin Terkoreksi Imbas Tekanan Data Ekonomi AS, Bagaimana Nasibnya?

Pasar kripto, khususnya Bitcoin (BTC) mengalami koreksi tajam baru-baru ini turun hampir 7% dalam 24 jam terakhir dari ATH terbarunya di USD 73.682.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Mar 2024, 11:24 WIB
Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Liputan6.com, Jakarta Pasar kripto, khususnya Bitcoin (BTC) mengalami koreksi tajam baru-baru ini turun hampir 7% dalam 24 jam terakhir dari ATH terbarunya di USD 73.682.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, penurunan harga Bitcoin ini dipicu oleh penurunan arus masuk dana investasi ETF Bitcoin dan rilis data ekonomi AS yang menunjukkan keadaan inflasi yang lebih keras dari perkiraan.

Lonjakan arus keluar bersih dari Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) dan kemunduran arus masuk bersih iShares Bitcoin Trust (IBIT) berdampak pada penurunan. GBTC mencatatkan arus keluar bersih sebesar USD 276.5 juta, naik dari USD 79.0 juta pada Kamis, 14 Maret 2024. IBIT mencatat arus masuk bersih turun dari USD 849,0 juta menjadi USD 586,5 juta di hari yang sama.

"Harga Bitcoin pada pagi ini diperdagangkan di sekitar USD 68.000. Analisis teknis menunjukkan bahwa ada potensi bagi BTC untuk melanjutkan koreksi sementara dalam jangka pendek. Penembusan BTC di atas level resistensi USD 69.000 akan mendukung pergerakan ke level tertinggi sepanjang masa di USD 73.810 (14 Maret)," ujar Fyqieh dalam ulasannya, Sabtu (16/3/2024).

Potensi

Menurut dia, kembalinya Bitcoin ke ATH menunjukkan potensi harga lebih tinggi di level USD 75.000. Data aliran pasar ETF BTC-spot dan data ekonomi AS adalah titik fokusnya.

Namun, penurunan di bawah level USD 66.000 dapat menandakan penurunan ke level dukungan USD 64.000. Pembacaan RSI 14 Harian, 61.68, menunjukkan BTC kembali ke ATH USD 73.810 sebelum memasuki wilayah overbought.

"Kemungkinan besar, pasar kripto akan terus mengalami koreksi sementara dan kembali berada dalam mode sideways pada akhir pekan ini," ungkap Fyqieh.

Terutama, pekan depan akan ada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berikutnya, yang dijadwalkan pada Rabu, 20 Maret 2024, yang tidak akan menghasilkan penurunan suku bunga. Selain itu, menurut perkiraan terbaru dari FedWatch Tool CME Group, peluang penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC berikutnya pada Mei hanya sebesar 6,2% pada saat penulisan laporan ini.

Salah satu penyebab koreksi lainnya adalah data dari IntoTheBlock yang menunjukkan bahwa saat ini 100% pemegang Bitcoin telah memperoleh keuntungan. Namun, hal ini juga dapat memicu aksi jual jika Bitcoin turun di bawah level support penting dalam jangka pendek.

Dengan kripto Bitcoin mencapai level baru minggu ini dan mencapai USD 73K, tidak mengherankan jika investor besar menjual sebagian lagi simpanan BTC-nya. Ini terlihat dari banyaknya pemilik besar aset yang mengirimkan ribuan BTC ke bursa kripto, seperti yang dilaporkan oleh pelacak blockchain Whale Alert.

 


Data Lainnya yang Jadi Sentimen Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)

Kenaikan Indeks Harga Produsen (PPI) dan Indeks Harga Konsumen (CPI) menandakan inflasi yang lebih tinggi, mendorong spekulasi bahwa The Fed akan mengadopsi kebijakan moneter yang lebih ketat daripada yang diharapkan sebelumnya.

Data PPI bulan Februari yang baru rilis Kamis (14/3) malam kemarin, naik 0,6%, dua kali lipat dari bulan Januari dan melampaui ekspektasi para ekonom. Meskipun PPI inti yang tidak memperhitungkan biaya pangan dan energi, diketahui melambat menjadi 0,3% dari 0,5%, angka tersebut masih di atas perkiraan sebesar 0,2%. Laporan ini mengikuti CPI yang juga menunjukkan inflasi tahunan sebesar 3,2%, dengan inflasi inti naik menjadi 3,8%.

Peningkatan inflasi ini telah mempengaruhi pasar obligasi, dengan imbal hasil Treasury 10-tahun naik menjadi 4,30%. Indeks Dolar AS (DXY) yang naik juga mempengaruhi aset berisiko, seperti Bitcoin. DXY tercatat naik sekitar 1% dalam seminggu terakhir. Kondisi ini mengurangi minat investor terhadap aset berisiko, termasuk Bitcoin.Pasar telah mengalami penyesuaian ekspektasi terhadap kebijakan moneter The Fed.

"Awal tahun ini, pasar memprediksi pemotongan suku bunga sebesar 150 basis poin pada tahun 2024. Namun, data ekonomi terbaru menghapus harapan tersebut, dengan peluang pemotongan suku bunga pada pertemuan FOMC mendatang menjadi semakin tidak mungkin," jelas Fyqieh.

 


Kenaikan Harga BTC

Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Sangaji)

Bitcoin, yang telah mengalami kenaikan dramatis sekitar 70% pada 2024, mencapai rekor tertinggi baru di lebih dari USD 73.000, kini mengalami tekanan berat. Saat ini, BTC diperdagangkan di kisaran di bawah level support kuatnya USD 70.000, menandai penurunan lebih dari 6% dalam 24 jam terakhir.

Kondisi ini menegaskan kembali betapa sensitifnya pasar kripto terhadap perubahan kebijakan dan kondisi ekonomi makro. Para investor dan trader di pasar kripto perlu memperhatikan lebih dekat indikator ekonomi dan kebijakan moneter untuk menavigasi pasar yang volatile. Sentimen Crypto Fear & Index juga mengalami penurunan dari sisi angka, dari 88 poin ke 83 poin pada Jumat, meski masih di kategori 'Extreme Greed'.

Penurunan ini mengindikasikan bahwa meskipun masih ada tingkat keinginan yang tinggi untuk berinvestasi, tetapi ada sedikit penurunan kekhawatiran atau ketakutan di pasar. Sentimen ini dapat tercermin dari perubahan harga aset kripto dan aktivitas perdagangan yang terjadi secara umum. Terlepas dari fluktuasi harian, perubahan ini menunjukkan adanya pergeseran dalam persepsi dan emosi investor terhadap pasar kripto.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya