Top 3 Islami: Saat Habib Umar Ditanya Oleh LGBT Soal Dosa, Surga dan Neraka

Top 3 Islami: Saat Habib Umar Ditanya Oleh LGBT Soal Dosa, Surga dan Neraka

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 29 Mei 2023, 06:30 WIB
Habib Umar bin Hafidz. (Foto: Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah berhari-hari topik haji menyita perhatian pembaca kanal Islami Liputan6.com, pada Minggu (28/5/2023), minat pembaca bergeser ke topik lainnya, yakni saat Habib Umar bin Hafidz ditanya oleh LGBT.

Memang, LGBT yang bertanya kepada Habib Umar bukanlah di Indonesia, melainkan di Malaysia. Namun begitu, isu LGBT memang menarik jika disandingkan dengan ulama.

Terlebih mengangkat tema dosa, surga dan neraka memang menjadi konsumsi seluruh umat Islam.

Kemudian ada pula peretasan running text di Asrama Haji Jakarta-Bekasi. Warganet menyoroti papan teks yang berubah pesan. Inilah yang mereka perbincangkan.

Sementara, artikel ketiga yakni mengenai Nabi Yusuf AS yang bisa memaafkan tanpa mendendam. Sungguh menginspirasi.

Selengkapnya, mari simak top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

1. Jawaban Adem Habib Umar bin Hafidz Saat Ditanya Kelompok LGBT tentang Dosa

Habib Umar bin Hafidz menjawab pertanyaan dari kelompok LGBT Malaysia. (YouTube Nabawi TV)

Ulama terkemuka asal Yaman, Habib Umar bin Hafidz mendapat pertanyaan dari seseorang yang mengaku kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Pertanyaan tersebut dilontarkan kepada habib saat mengisi ceramah di Malaysia.

Penanya yang mewakili kelompok LGBT itu mengakui bahwa ia bukan termasuk golongan yang sempurna, melainkan orang yang banyak berbuat dosa. Masyarakat juga telah mencap golongan mereka sebagai penghuni neraka.

Meski demikian, penanya tersebut menyatakan bahwa sebenarnya mereka masih mencari jalan yang benar. Bahkan, rela untuk mengikuti dan mendengarkan ceramah Habib Umar di Malaysia.

“Saya nak tanya dengan habib sendiri apa pendapat habib tentang golongan-golongan trans human ataupun golongan-golongan LGBT di dunia ini? Sebab kami ini semua golongan golongan LGBT ini sebenarnya kami masih lagi mencari jalan ke Allah. Contohnya pada malam hari ini, kami mendengar Habib Umar datang ke Malaysia,” kata penanya tersebut dikutip dari YouTube Nabawi TV, Sabtu (27/5/2023).

“Kami betul-betul happy untuk datang bertemu dengan habib hari ini. Alhamdulillah. Kami betul-betul (berterima kasih) kepada habib sudah datang sudah share ilmu kepada kami semua,” ungkapnya.

Selengkapnya

3 dari 4 halaman

2. Disorot Warganet, Isi Pesan di Running Text LED Asrama Haji Jakarta-Bekasi yang Diretas

Ilustrasi peretasan. (Pixabay)

Beberapa waktu terakhir, perhatian warganet tersedot ke dugaan peretasan running text Light Emitting Diode (LED) di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi.

Bagaimana tidak, teks bergerak yang biasanya berisi informasi tersebut mendadak berubah konten yang tak berhubungan dengan haji atau asrama haji.

Kementerian Agama (Kemenag) akhirnya mengambil langkah tegas dengan melaporkan dugaan peretasan di Asrama Haji Bekasi tersebut.

"Setelah kita selidiki, kita periksa, kejadian serupa juga terjadi di RSUD Bantar Gebang. Artinya apa, ini merupakan ulah-ulah orang iseng atau memang ingin menciptakan sesuatu entah apa tujuannya, saya tidak paham karena ini masih dalam penyelidikan," ujar Staf Khusus Menteri Agama Wibowo Prasetyo, dikutip dari laman Kemenag, Sabtu (27/5/2023).

"Kami juga laporkan ke pihak berwenang ke kepolisian, karena institusi Kemenag sangat dirugikan," imbuhnya.

Selengkapnya

4 dari 4 halaman

3. Luar Biasa, Memaafkan Tanpa Mendendam ala Nabi Yusuf AS

Ilustrasi - Kisah Nabi Yusuf AS

Marahnya sudah mentok, tidak bisa memaafkan lagi. Ini adalah gambaran umum pada diri seseorang jika marah. Terlebih pada kasus yang menyakitkan.

jika ditilik dari sisi ilmu psikologi, kemarahan bisa menjadi emosi yang sangat kuat yang ditandai dengan perasaan permusuhan, agitasi, frustrasi, dan antagonisme terhadap orang lain.

Kemarahan bisa menjadi masalah jika berlebihan atau diungkapkan dengan cara yang tidak sehat, berbahaya, atau merugikan orang lain. Marah yang tidak terkendali dapat dengan cepat berubah menjadi agresi, pelecehan, atau kekerasan.

Lalu, pertanyaannya, dapatkah Anda bayangkan bila satu ketika Anda disakiti oleh seseorang atau bahkan oleh saudara sendiri dengan perilaku yang begitu menyakitkan dan bahkan hampir menghilangkan nyawa Anda, mampukah Anda memaafkan kesalahannya?

Atas kezaliman yang sedemikian rupa dapatkah Anda memaafkan kesalahannya tanpa menyisakan rasa dendam sedikitpun dalam hati Anda, dan bahkan setelah itu Anda tetap bersahabat dan bersaudara secara baik dengannya?

Kisah Nabi Yusuf AS ini barangkali bisa menjadi contoh, bagaimana seseorang memaafkan dan dendam.

Selengkapnya

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya