Gedung Putih Pelototi Semua Bank AS, Menyusul Kasus Silicon Valley Bank Kolaps

Gedung Putih memantau perkembangan bank-bank kecil di AS imbas keruntuhan Silicon Valley Bank.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Mar 2023, 09:04 WIB
Seorang penjaga keamanan memantau barisan orang yang mencoba mengambil kembali dana mereka di luar kantor Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, Senin (13/3/2023). Silicon Valley Bank (SVB) tengah menjadi sorotan karena mengalami kebangkrutan bank terbesar di Amerika Serikat sejak tahun 2008. ( Justin Sullivan/Getty Images/AFP )

Liputan6.com, Jakarta - Gedung Putih kini memantau perkembangan bank-bank kecil di Amerika Serikat, salah satunya First Republic untuk melindungi para deposan menyusul keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) pekan lalu.

Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Gedung Putih. 

Melansir Channel News Asia, Rabu (15/3/2023) pejabat tersebut menyebutkan bahwa sistem perbankan AS berada dalam "posisi yang jauh lebih baik saat ini" daripada jika tindakan tersebut tidak diambil.

Dia juga menghimbau para deposan untuk yakin bahwa dana mereka akan dilindungi.

"Kami mendedikasikan banyak waktu untuk memastikan bahwa kami melewati ini dengan baik," katanya.

Pejabat itu menambahkan, Gedung Putih terus berkomunikasi dengan Departemen Keuangan AS dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) tentang potensi masalah di bank lain, yang kasusnya hampir sama dengan Silicon Valley Bank.

"Kami tentu memantau apa yang terjadi di First Republic. Mereka adalah salah satu bank yang sedikit lebih tertekan, tetapi kami tidak memiliki pengumuman saat ini tentang tindakan apa pun yang kami ambil," ujar pejabat Gedung Putih itu, yang enggan diungkapkan identitasnya.

Selain itu, Gedung Putih juga mengawasi kemungkinan adanya arus keluar uang ke bank-bank besar, dan tetap berkomitmen untuk memastikan persaingan yang kuat di sektor perbankan, beber pejabat itu.

Dilaporkan sebelumnya, sejumlah pelanggan di AS telah bergegas untuk memindahkan dana simpanan mereka ke raksasa perbankan, termasuk JPMorgan Chase & Co, Bank of America dan Citigroup sejak runtuhnya Silicon Valley Bank.

"Presiden memiliki agenda persaingan yang kuat. Kami ingin ada sektor perbankan yang berkembang dengan banyak bank kecil, banyak bank komunitas yang dapat masuk ke sana dan bersaing dengan perusahaan besar," imbuh pejabat tersebut.

"Penting bagi kami agar model bisnis dapat bertahan," tambah dia.

2 dari 4 halaman

Bos Baru Silicon Valley Bank Rayu Masyarakat Mau Balik Jadi Nasabahnya Lagi

Orang-orang berbaris di luar kantor Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, Senin (13/3/2023). Beberapa hari setelah Silicon Valley Bank mengalami kebangkrutan, nasabah mengantre untuk mencoba mengambil kembali dana mereka dari salah satu bank yang menjadi andalan para startup tersebut. (Justin Sullivan/Getty Images/AFP )

CEO baru Silicon Valley Bank, Tim Mayopoulos kini mengajak para nasabahnya untuk kembali menggunakan layanan SVB, setelah bank tersebut resmi diambil alih regulator Amerika Serikat untuk mengamankan simpanan dana nasabah.

"Hal nomor satu yang dapat Anda lakukan untuk mendukung masa depan lembaga ini adalah membantu kami membangun kembali basis simpanan kami," kata Tim Mayopoulos dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (15/3/2023).

"Baik dengan meninggalkan simpanan di Silicon Valley Bank maupun mentransfer kembali simpanan yang tersisa selama beberapa hari terakhir," sambungnya.

Seperti diketahui, Silicon Valley Bank, pemberi pinjaman utama untuk start-up di seluruh AS sejak 1980-an kolaps dalam 48 jam setelah mengalami krisis modal.

Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) ditunjuk sebagai pengendali Silicon Valley Bank, melikuidasi aset bank dan membayar kembali pelanggannya.

"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk membangun kembali, memenangkan kembali kepercayaan Anda dan terus mendukung ekonomi inovasi," lanjut Mayopoulos.

"Kami membuat pinjaman baru dan menghormati sepenuhnya fasilitas kredit yang ada," tambah dia.

Sebelumnya, Mayopoulos telah menyatakan bahwa Silicon Valley Bank masih membuka bisnis dan layanannya seperti biasa.

Melalui sebuah pesan surat kepada klien, Mayopoulos mengatakan pihaknya akan terus memberikan informasi menyusul kebangkrutannya.

"Saya berharap dapat mengenal klien Silicon Valley Bank...Saya juga datang ke peran ini dengan pengalaman dalam situasi seperti ini. Saya adalah bagian dari tim kepemimpinan baru yang bergabung dengan Fannie Mae setelah krisis keuangan. pada 2008-2009, dan saya menjabat sebagai CEO Fannie Mae dari 2012-2018," terangnya, mengutip US News.

3 dari 4 halaman

Mantan Ketua FDIC: Silicon Valley Bank Bangkrut, The Fed Perlu Pangkas Suku Bunga

Silicon Valley Bank (Foto:Instagram @siliconvalleybank)

Mantan ketua Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), Sheila Bair mengatakan bahwa keruntuhan Silicon Valley Bank menjadi salah satu dorongan untuk Federal Reserve atau The Fed menurunkan suku bunga.

"The Fed perlu menghentikan sementara dan menilai dampak penuh dari tindakannya sejauh ini sebelum menaikkan suku bunga lebih lanjut," kata Bair, dikutip dari CNN Business, Selasa (14/3/2023). 

"Jika mereka berhenti menaikkan, itu akan memiliki efek penyelesaian di pasar," ujar mantan ketua FDIC yang memimpin saat krisis keuangan tahun 2008.

Silicon Valley Bank menjadi kasus kedua setelah Washington Mutual mengalami keruntuhan bank terbesar dalam sejarah AS.

Sebelumnya, investor telah mengantisipasi kenaikan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada pertemuan The Fed pada 21-22 Maret mendatang. Tetapi Bair mengatakan kenaikan itu tidak "disarankan" mengingat keruntuhan Silicon Valley Bank.

"Ketika uang semakin ketat, aset keuangan kehilangan nilainya. Itu harus dikelola dengan hati-hati," dia mengingatkan.

4 dari 4 halaman

Dahsyatnya Dampak Kebangkrutan Silicon Valley Bank Dibeberkan Sri Mulyani

Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan tutup. Foto dari akun Instagram SVB ketika bank ini ekspansi di Denmark. Dok: Instagram @siliconvalleybank

Silicon Valley Bank (SVB) disebut bangkrut karena tak tahan atas kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed. Kebangkutan Silicon Valley Bank (SVB) berdampak negatif secara terus menerus pada keuangan perusahaan.

Kenaikan suku bunga The Fed sendiri turut berpengaruh pada kenaikan suku bunga bank sentral di berbagai negara, termasuk Bank Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menilai walaupun aset yang dimiliki Silicon Valley Bank kecil hanya USD 200 miliar untuk kelas bank di Amerika Serikat. Namun, dampak kebangkrutan SVB sangat besar.

"Dalam weekend terakhir ini, penutupan Silicon Valley Bank yang relatif kecil, cuma bank regional dengan aset USD 200 billion yang untuk ukuran Amerika sangat kecil telah menimbulkan guncangan yang signifikan dari sisi kepercayaan deposan di AS," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Maret, Selasa (14/3/2023).

Bahkan, kata Sri Mulyani, Pemerintah Amerika Serikat enggan memberikan bantuan kepada SVB. Tapi pada akhirnya Pemerintah terkait memutuskan untuk menjamin deposito Silicon Valley Bank. Menurut Menkeu, penting dijadikan pelajaran bagi Indonesia kedepannya jika mengalami hal serupa.

"Pemerintah Amerika tadinya tak bail out, kemudian memutuskan bailout menjamin semua deposito SVB. Ini yang harus perlu dilihat sebagai pelajaran, bank yang kecil dalam posisi tertentu dapat menimbulkan persepsi sistemik," ujar Menkeu.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara, mengatakan kebangkrutan yang dialami Silicon Valley Bank itu layak dijadikan pelajaran bagi Indonesia. Dia menegaskan bank di Amerika yang skalanya kecil pun bisa memberikan dampak yang luar biasa.

"Pelajaran yang benar-benar kita soroti sekarang ini bank kecil di Amerika itu bisa membuat keseluruhan sistem itu at risk. Kita memperhatikan resiko menjalarnya SVB ke tempat lain," ujarnya.

Wamenkeu menyampaikan, memperkirakan dampak kebangkrutan Silicon Valley Bank kemungkinan tidak akan berpengaruh langsung ke Indonesia. "OJK kemarin mengatakan dampak langsung SVB ke Indonesia diperkirakan tidak terjadi. tetapi kita akan terus memperhatikan," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya