Email Diduga Catatan Kesehatan Bocor, Vladimir Putin Disebut Sakit 2 Kanker Mematikan

Email yang bocor ke surat kabar terkemuka Inggris menghidupkan kembali desas-desus tentang kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin yang diklaim memburuk.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 03 Nov 2022, 16:37 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri pertemuan dengan para pemenang dan finalis kontes nasional School Teacher of the Year melalui konferensi video pada Rabu, 5 Oktober 2022. (Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo/AP Photo)

Liputan6.com, Moskow - Email yang bocor ke surat kabar terkemuka Inggris menghidupkan kembali desas-desus tentang kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin yang diklaim memburuk.

Klaim bahwa Putin menderita penyakit Parkinson -- gangguan progresif yang mempengaruhi sistem saraf -- telah beredar selama bertahun-tahun tetapi dibantah oleh Moskow sebagai "propaganda Barat".

Namun, pada Selasa, 1 November 2022, surat kabar Inggris The Sun mengumumkan email dari sumber intelijen Rusia yang dekat dengan Kremlin.

Email itu menyebut bahwa pemimpin Rusia tidak hanya menderita penyakit Parkinson, tetapi mungkin juga telah didiagnosis menderita kanker pankreas dan kanker prostat.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa dia telah didiagnosis dengan penyakit Parkinson tahap awal, tetapi info itu sudah berkembang," tulis orang dalam Rusia di salah satu email didapat oleh The Sun.

"Fakta ini akan disangkal dengan segala cara agar tetap bisa disembunyikan," tambahnya, dikutip dari kyivpost, Kamis (3/11/2022).

"Putin secara teratur diberikan suntikan penghilang rasa sakit untuk menghentikan penyebaran kanker pankreas yang baru-baru ini didiagnosis."

"Ini tidak hanya menyebabkan banyak rasa sakit, efeknya wajah Putin jadi bengkak dan mengakibatkan efek samping lainnya, termasuk masalah ingatan."

"Ada juga rumor bahwa selain kanker pankreas, yang menyebar secara bertahap, Putin juga menderita kanker prostat."

2 dari 4 halaman

Tanda Misterius di Tangan Putin

Presiden Rusia Vladimir Putin memegang teropong saat menonton latihan militer Center-2019 di lapangan tembak Donguz dekat Orenburg, Rusia, 20 September 2019. Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa dia tidak akan ragu menggunakan senjata nuklir untuk menangkal upaya Ukraina merebut kembali kendali atas wilayah yang didudukinya yang akan diserap Moskow. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)

Berita itu mengikuti gosip yang tersebar luas di media sosial bulan lalu dalam sebuah video yang menunjukkan tanda misterius di tangan Putin saat dia menyalami seorang tentara.

Merujuk salah satu koresponden khusus Kyiv Post, Jason Jay Smart, dalam wawancara eksklusif dengan The Sun mengatakan:

"Koresponden Kyiv Post Jason Jay Smart mengklaim video yang dirilis oleh kantor berita pemerintah Rusia yang menunjukkan bekas infus di tangan Putin."

Rekaman itu dihapus oleh outlet berita negara Rusia tak lama setelah pengguna media sosial menyoroti dugaan tanda tersebut, yang semakin memicu spekulasi tentang kesehatan presiden yang memburuk.

Bereaksi terhadap rekaman itu, Lord Richard Dannatt, mantan Kepala Staf Pertahanan untuk Inggris, mengatakan kepada Sky News: "Pengamat sekarang memperhatikan bahwa tangannya tampak sangat hitam di bagian atas, yang merupakan tanda bekas suntikan."

3 dari 4 halaman

Vladimir Putin Belum Putuskan Hadir KTT G20 di Bali

Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow, Rusia, 7 Februari 2022. Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berupaya menemukan titik temu atas Ukraina dan NATO di tengah kekhawatiran Rusia sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. (SPUTNIK/AFP)

Sementara itu, KTT G20 di Bali akan digelar 15-16 November 2022. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin masih belum memberikan keputusan apakah ia akan hadir. 

Berdasarkan artikel di media Uni Eropa, Euractiv, Presiden Vladimir Putin juga belum memutuskan siapa pejabat tinggi yang akan dia kirim ke Indonesia. 

Kedutaan Besar Rusia di Indonesia juga masih belum memberikan pengumuman tegas apakah Presiden Putin akan datang. Namun, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan bahwa Presiden Putin akan hadir. 

Sedangkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah dipastikan hadir di G20. Presiden Biden akan di Jakarta pada 13-16 November 2022. 

"Presiden akan berada di Bali, Indonesia pada 13 November hingga 16 November untuk G20 Leaders' Summit," ujar Karine Jean-Pierre dalam konferensi pers, dikutip dari situs resmi Gedung Putih.

"Di Bali, Presiden akan memuji kepemimpinan G20 Presiden Widodo dan menyorot komitmen AS kepada forum paripurna ini untuk kerja sama ekonomi dengan negara-negara yang mewakili lebih dari 80 persen GDP dunia," jelas Jean-Pierre.

Dijelaskan bahwa Presiden Biden ingin membahas perubahan iklim, dampak global perang Vladimir Putin di Ukraina, serta isu pangan dan energi.

Pihak Kedutaan Besar Uni Eropa di Indonesia juga telah memberikan konfirmasi bahwa Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan hadir di G20 Bali. 

Presiden Joko Widodo juga telah memberikan undangan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, akan tetapi pemimpin Ukraina itu berkata tak akan hadir jika Rusia masih menyerang.

4 dari 4 halaman

Rusia Ancam Ngebom Kapal Pengangkut Gandum, BI Was-Was Harga Pangan Meroket

Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)

Sebelumnya, Bank Indonesia menilai, akan terjadi potensi kenaikan harga energi, minyak, dan gas beberapa bulan ke depan. Apalagi ditambah dengan ancaman baru Rusia yang akan mengebom semua kapal yang membawa gandum ke seluruh dunia. Hal itu menjadi potensi yang akan mengancam pasokan pangan, khususnya gandum.

“Dua hari yang lalu keluar ancaman Rusia akan mengebom semua kapal yang membawa gandum ke seluruh dunia. Jadi, itu potensi yang muncul baru dari sisi pasokan pangan yang akan terganggu lagi, dengan harga potensi naik,” ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), yang kali ini dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tengah, Senin (31/10).

Oleh karena itu, Bank Indonesia memprediksi risiko harga komoditas masih akan tinggi ke depannya. Artinya, dunia sedang tidak baik-baik saja.

“Kita bukan menakuti tapi bagaimana kita memitigasi, karena semua negara sedang berperang dengan ancaman yang sama, semua menaikan suku bunga. Apapun resiko yang dihadapi dengan konteks masalah pertumbuhan yang melambat adalah prioritas kedua, karena masalah stabilitas tidak ada kata tawar,” ungkapnya.

Dody juga menilai tekanan inflasi yang bersumber dari meningkatnya inflasi pada kelompok administered price yang merupakan dampak dari penyesuaian harga BBM serta risiko fluktuasi kelompok volatile foods mendorong perlunya upaya pengendalian inflasi di Provinsi Sulawesi Tengah.

“Kita berkumpul pada pagi hari ini meresmikan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Provinsi Sulawesi Tengah.  Kami mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Gubernur Sulteng,” kata Dody dalam sambutannya.

Infografis Ragam Komentar Polemik Kehadiran Putin di KTT G20 Bali. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya