Dukung Aksi Tegas Kapolri di Tragedi Kanjuruhan, Aktivis Muda NU Jatim Minta Kapolda Dicopot

Habibi menyesalkan penggunaan gas air mata oleh petugas yang membuat suporter panik dan berlarian, hingga terinjak-injak satu sama lainnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Okt 2022, 07:08 WIB
Aktivis Muda Jatim M. Habib. (Istimewa)

 

Liputan6.com, Jakarta - Aktivis Muda Jatim M. Habibi ikut menyoroti tragedi Kanjuruhan yang merenggut 125 jiwa usai laga Arema versus Persebaya pada Sabtu 1 Oktober 2022.

Habibi menyesalkan penggunaan gas air mata oleh petugas yang membuat suporter panik dan berlarian, hingga terinjak-injak satu sama lainnya.

Padahal, aturan dalam dunia persepakbolaan dengan tegas melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion. Aturan FIFA, penggunaan gas air mata saat pertandingan sepak bola  dilarang. FIFA menulis aturan dengan pasal 19 b soal pengaman di pinggir lapangan. Bunyinya, "No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan)," kata Habibi dalam keterangan tertulis, Senin, 3 Oktober 2022.

"Tapi Fakta di lapangan Kenapa polisi cara menyelesaikanya dengan menembakan gas air mata ke beberapa tribun. Padahal hal tersebut sudah menyalahi aturan FIFA. Ataukah polisi tidak tau protap pertandingan," imbuhnya.

Ia juga mengatakan bahwa Kapolda Jatim dan Kapolres Malang harus bertanggung jawab dengan adanya tragedi ini, dan di sinilah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo harus tegas untuk mencopot Kapolda Jatim dan Kapolres Malang, karena polisi sebagai penanggung jawab penuh keamanan selama pertandingan.

"Apalagi selaku Kapolda Jatim tidak terlihat di lokasi. ini fatal sekali. Kejadian seperti ini tapi Kapolda tak terlihat," kata mahasiswa Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Pascasarjana Universitas Indonesia ini.

2 dari 2 halaman

Ketum PSSI Juga Harus Mundur

Tetapi pihak keamanan melakukan kebijakan yang kontroversial. Mereka justru menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa yang terus merengsek ke dalam lapangan. Langkah tersebut justru membuat kondisi di lapangan makin runyam. (AP/Yudha Prabowo)

Selain Itu, ia juga menilai Ketum PSSI Mochammad Iriawan juga harus mengundurkan diri dari jabatanya.

"Harusnya malu dan sadar diri, pasalnya tragedi kanjuruhan merupakan Sejarah terburuk di persepakbolaan Tanah air. Kita bisa lihat usia sepak bola negara kita ini sudah tidak muda lagi, harusnya skema pertandingan dan keamanan penonton harus menjadi perhatian khusus," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya