Erick Thohir Buka Suara soal Rencana BSI Jadi Bank BUMN

Menteri BUMN Erick Thohir buka suara kembali soal rencana Bank Syariah Indonesia menjadi bank BUMN

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 20 Sep 2022, 20:15 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir mengikuti rapat kerja bersama di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2022). Rapat kerja antara Komisi VI DPR, Kementerian BUMN, dan Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tersebut membahas kinerja keuangan BUMN yang terdampak utang luar negeri serta perkembangan investasi di Indonesia pada 2021 dan 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir buka suara kembali soal rencana Bank Syariah Indonesia menjadi bank BUMN. Menyusul rencana yang sebelumnya ia kemukakan beberapa bulan lalu.

Erick enggan berkomentar panjang mengenai rencana tersebut. Hanya saja, ia menekankan posisi porsi saham pemerintah yang ada di BSI.

Untuk diketahui, pemerintah memiliki 1 lembar saham di BSI. Sisanya, ada BRI, BNI, dan Mandiri dengan kepemilikan terbesar sekitar 50 persen.

1 lembar saham ini dianggap sebagai syarat yang bisa memberikan kesan bahwa ada kendali pemerintah terhadap BSI. Disamping saham dari 3 bank BUMN tadi.

"Kan BSI udah punya saham merah putihkan," kata dia saat ditemui di komplek DPR RI, Jakarta, Selasa (20/9/2022).

Sementara itu, soal rencana Right Issue BSI guna membidik sana Rp 5 triliun, Erick belum mengamini itu akan dilakukan pada Kuartal IV tahun ini. Meski ia tak merinci soal aksi korporasi tersebut.

Ia masih menimbang kondisi ekonomi makro Indonesia sebagai momentum tepat dalam melakukan aksi korporasi.

"Sabar, kan kondisi makro ekonomi kita harus pas gitu," ujarnya.

 

2 dari 4 halaman

Rencana BSI

Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Rencana rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI dinilai mampu meningkatkan likuiditas saham perusahaan.

Dalam aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 6 miliar saham baru. Perseroan akan meminta restu pemegang saham terkait aksi tersebut lewat RUPSLB yang akan digelar pada 23 September 2023.

Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mencermati BRIS sebagai bank dengan kapitalisasi besar. Dengan demikian, perusahaan memiliki tantangan karena harganya tidak memiliki sifat volatilitas.

"Untuk itu agar mendorong volatilitas lebih tinggi, rights issue itu menjadi salah satu jalan keluar, karena dengan adanya saham baru, berarti memiliki ruang, menawarkan ruang investor baru untuk memiliki saham, sehingga menambah jumlah saham beredar," kata dia dalam keterangan resmi, Kamis (8/9/2022).

Dia berharap, penerbitan saham baru oleh BSI dapat dilakukan pada tahun ini. Dia menilai, sebagai bank yang diharapkan menjadi penyumbang bobot transaksi di Bursa Efek Indonesia, upaya menambah saham beredar sangat diperlukan. Sebagai informasi, saat ini pemegang saham publik di BSI hanya 7,08 persen atau masih di bawah ketentuan.

Sebanyak 92,93 persen sisanya dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

 

3 dari 4 halaman

Bidik Pertumbuhan 40 Persen

Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI menargetkan pertumbuhan laba hingga 40 persen pada akhir tahun ini. Target itu sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, baik dari sisi pendapatan maupun penyaluran pembiayaan.

"Kita menargetkan tahun ini kita bisa konsisten tumbuh di angka 30 persen sampai 40 persen dibandingkan dengan tahun lalu," kata Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho dalam Public Expose Live 2022, Kamis (15/9/2022).

Hingga paruh pertama tahun ini, BSI mengantongi laba bersih mencapai Rp2,13 triliun, tumbuh 41,31 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Ade menambahkan, driver utama kinerja perseroan hingga akhir tahun dari sisi pendapatan yakni berasal dari pertumbuhan pembiayaan atau kredit yang sehat dan sustain. Di mana pada peruh pertama 2022 telah mencapai Rp 191,29 triliun atau tumbuh 18,55 persen.

"Pembiayaan di Juni tercatat naik 18 persen, lebih tinggi dari proyeksi kita. Semoga ini memang ujungnya akan deliver revenue yang lebih baik," imbuh dia.

 

4 dari 4 halaman

Kian Matang

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dari sisi cost, Ade mengatakan driver utamanya terkait pengelolaan cost of fund dan cost of credit yang seiring dengan booking pembiayaan yang makin sehat. Di mana pertumbuhan tabungan yang berhasil dihimpun perseroan hingga saat ini tercatat cukup baik siring dengan layanan yang kian matang.

Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 244,66 triliun, tumbuh 13,07 persen dengan proporsi DPK didominasi oleh tabungan wadiah, giro dan deposito.

Tak hanya itu, perseroan juga terus genjot layanan digital perbankan. Per Juni 2022, user pengguna BSI Mobile mencapai 4,07 Juta user naik sebesar 81 persen secara yoy. Saat ini profil nasabah BSI sebanyak 97 persen telah beralih menggunakan e-channel untuk beraktivitas perbankan.

Transaksi kumulatif BSI Mobile per Juni 2022 mencapai 117,72 juta transaksi dan berkontribusi memberikan fee based income sebesar Rp 119 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya