Aman! Inflasi Indonesia Diprediksi Tak Kena Imbas Kondisi Global

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebut inflasi Indonesia tak akan meningkat tajam

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 08 Apr 2022, 19:45 WIB
Ilustrasi Konsep Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebut inflasi Indonesia tak akan meningkat tajam. Ini merespons kondisi global yang menantang termasuk dampak perang Rusia-Ukraina.

Wimboh membeberkan, sejumlah tantangan yang dihadapi dunia saat ini. Mulai dari perang Rusia-Ukraina, hingga kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Dengan kenaikan ini, tingkat inflasi akan terdampak dan perlahan meningkat.

“Indoneisa mudah-mudahan lah toh kalau kita menerima spillover dari kondisi tersebut kita perkirakan mudah-mudahan tidak lebih dari 4 persen. Sekarang masih dibawah 3 persen, jadi tidak ada masalah,” katanya saat memberikan Kuliah Umum di Universitas Syiah Kuala, Jumat (8/4/2022).

Ini jauh lebih baik ketimbang tingkat inflasi yang dihadapi oleh negara lain. sebagai contoh, Amerika Serikat yang tercatat mengalami inflasi hingga 7,5 persen. ini disebut Wimboh pertama kali dalam sejarah AS mencatatkan inflasi setinggi ini.

“Dan juga Eropa bahkan Turki sudah diatas 50 persen,” katanya.

Ia menyebut, yang memengaruhi ini, adalah sejumlah tantangan yang terjadi di dunia. Perang Rusia-Ukraina, kata Wimboh memperparah keadaan karena keduanya termasuk pemasok energi dan komoditas terbesar di seluruh penjuru dunia.

“Memang ini pasti distribusi terganggu, bahkan pasca covid-19 pun (sudah) terganggu. Kapal-kapal (logistik) tidak siap, sehingga kita sudah mulai bangkit ekonominya, (tapi) barang-barang kurang karena distribusinya terganggu, ditambah perang lagi,” katanya.

Akibat perang ini, harga sejumlah komoditas dan energi pun mengalami kenaikan. Terbaru, pemerintah menaikkan harga BBM jenis Pertamax ke angka Rp 12.500 perliter.

“Tidak heran kalau kemarin pemreitnah menaikkan harga pertamax jadi Rp 12.500 karena beban ini gak bisa dibebankan ke pemerintah semua,” katanya.

“Hal ini tantangan dan ini kedepan pasti pengusaha terganggu juga. Minyak goreng, kalau ini bukan karena impor ya tapi karena distribusi domestik,” imbuh dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Bisa Tertahan

Pedagang melayani pembeli kebutuhan pokok di Pasar Lembang, Tangerang, Selasa (24/8/2021). Berdasarkan survei pemantauan harga yang dilakukan bank sentral pada minggu ketiga Agustus 2021, inflasi diperkirakan sebesar 0,04% secara bulanan atau month on month (mom). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kembali ke tingkat inflasi Indonesia, Wimboh membeberkan alasan Indonesia tak terdampak peningkatan inflasi yang tinggi. Msalnya terkait ketergantungan komoditas yang perlu impor.

“Tidak masalah, karena apa? Karena kita tidak hanya ketergantungan kita kepada energi yang banyak, yang lain-lain masih bisa kita tunda. Kalau energi gak bisa kita inikan, karena ini untuk kebutuhan masyarkat,” kata dia.

Ia pun menyebut, dengan adanya berbagai tantangan ini, pemerintah harus mengambil langkah cermat. Pemerintah juga perlu mengantisipasi dampak kedepannya.

“Inilah yang kita hadapi, kita pemerintah harus waspada dengan adanya imbas dari kenaikan beberapa harga komoditti. Apalagi mau lebaran ini. kalau mau lebaran ini biasanya barang bisa kurang,” katanya.

“Bukan karena kondisi global, kondisi biasa, lebaran biasa aja harga2 bisa naik. Telur udah mahal, minyak, masih untung kalau barangnya ada. ini kita berupaya keras, kita mengerti seluruh dunia mengalami ini,” tambah dia.

 

3 dari 4 halaman

Pertumbuhan Kredit

Pisang dijual di sebuah kios di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS), Jumat (11/3/2022). Ekonomi terbesar dunia itu terus dihantam oleh gelombang inflasi, yang diperkirakan akan memburuk akibat serangan Rusia ke Ukraina. (Patrick T. FALLON/AFP)

Rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa fungsi intermediasi industri perbankan nasional di Februari 2022 kembalimencatatkan tren positif. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan kredit mencapai 6,33 persen secara year on year( yoy) menjadi Rp 5.762,4 triliun,

Dikutip dari keterangan tertulis OJK, Senin (4/4/2022), seluruh kategori debitur mencatatkan kenaikan, terutama UMKM dan ritel. Pertumbuhan kredit juga didorong naiknya kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi.

Jika dirinci masing-masing, pertumbuhan kredit modal kerja mencapai tertinggi yaitu 7,57 persen. Disusul kemudian dengan kredit investasi yang mencapai 5,49 persen dan kemudian kredit konsumsi di angka 5,21 persen.

Hal yang sama juga terjadi dengan penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang tumbuh 11,11 persen terutama didorong oleh giro yang tumbuh sebesar Rp 30,1 triliun. Total DPK hingga akhir Februari 2022 tercatat Rp 7.384,4 triliun.

Hal tersebut mencerminkan dukungan perbankan dalam pemulihan ekonomi nasional terus membaik.

Profil risiko pun juga masih terjaga dengan baik tercatat NPL gross perbakan di angka 3,08 persen di akhir Februari 2022. Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang ada di angka 3,1 persen.

 

4 dari 4 halaman

Cegah Inflasi Meroket, Pemerintah Diminta Stabilkan Harga Pangan

Pedagang menata minyak goreng di sebuah pasar di Kota Tangerang, Banten, Selasa (9/11/2011). Bank Indonesia mengatakan penyumbang utama inflasi November 2021 sampai minggu pertama bulan ini yaitu komoditas minyak goreng yang naik 0,04 persen mom. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Geopolitik Rusia-Ukraina mulai terasa di Indonesia. Meski tidak berdampak langsung, namun gangguan rantai pasok global salah satunya soal kenaikan inflasi menjadi ancaman Indonesia

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani menilai pemerintah masih memiliki peluang untuk menahan gejolak kenaikan harga pangan di Indonesia. Syaratnya pemerintah harus bisa memastikan tidak adanya manipulasi harga pasar dari para pemain nakal.

"Pemerintah harus memastikan tidak ada manipulasi harga pasar dari oknum-oknum di sepanjang jalur distribusi," kata Hariyadi dalam webinar bertajuk: Harga Kian Mahal: Recovery Terganggu?, Jakarta, Kamis (7/4/2022).

Menurutnya, memastikan kelancaran dan distribusi suplai pangan sangat penting. Khususnya bagi daerah yang krisis dari sisi jumlah penduduk. Kelancaran dan keterjangkauan biaya logistik pangan dapat menjadi penentu wajar atau tidaknya kenaikan harga pangan nasional.

Selain itu, pemerintah juga harus memastikan ada keseimbangan terhadap volume penawaran dan permintaan pangan nasional. Impor bahan pangan sebaiknya dilakukan ketika benar-benar dibutuhkan atau ketersediaan di dalam negeri yang tidak mencukupi. Alasannya, hal ini bisa berimplikasi pada pembenahan atau perbaikan tata kelola dan pencatatan suplai pangan nasional.

"Jika tiga hal tadi bisa dilakukan secara berkala oleh pemerintah dengan disiplin, kami cukup yakin inflasi pangan nasional bisa dicegah dna dikendalikan dengan baik tanpa membebani masyarakat," kata dia.

Hampir 99 persen kekayaan dunia dimiliki, hanya oleh 1 persen kelompok tertentu (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya