Harga Emas Naik karena Kemungkinan Sanksi Lebih Besar ke Rusia

Harga emas naik pada perdagangan Senin karena investor masuk ke aset safe haven.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 05 Apr 2022, 07:30 WIB
Petugas menunjukkan sampel logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, (23/7/2020). Usai cetak rekor ke posisi termahalnya di Rp 982 ribu, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Emas Antam) kembali turun Rp 5.000 menjadi Rp 977 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Mendorong kenaikan harga emas karena investor memburu aset safe haven.

Hal ini terjadi karena dua hal. Pertama karena Negara Barat berencana untuk memberlakukan lebih banyak sanksi ke Rusia atas invasi ke Ukraina. Kedua karena angka inflasi yang lebih tinggi.

Mengutip CNBC, Selasa (5/4/2022), harga emas di pasar spot naik 0,4 persen ke level USD 1.932,78 per ons pada pukul 14.32 ET. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,5 persen ke level USD 1.934 per ons.

Harga emas naik pada perdagangan Senin karena investor masuk ke aset safe haven. Namun kenaikan tersebut memang tidak terlalu tinggi karena terhadang penguatan dolar AS dan keaikan imbal hasil obligasi AS.

Potensi kenaikan inflasi sangat besar karena adanya perlambatan pengiriman barang dari China. Hal ini bisa terjadi karena negara tersebut tengah menjalankan kebijakan lockdown.

Selain itu, analis senior RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan bahwa masalah Ukraina juga masih menjadi pendorong investor mengoleksi instrumen lindung nilai.

Kemarahan global menyebar pada hari Senin atas pembunuhan warga sipil di Ukraina Utara dan tampaknya akan membuat negara Barat menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Moskow, yang mungkin dapat berpengaruh ke ekspor energi Rusia.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Prediksi Sepekan

Pramuniaga menunjukkan emas batangan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk di sebuah gerai emas, Jakarta, Senin (18/1/2021). Pada hari ini, harga emas Antam turun menjadi Rp 944 ribu per gram. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya dalam survei Kitco memperkirakan harga emas akan mengalami tekanan sepanjang pekan ini. Potensi bearish harga emas cukup besar karena adanya dua sentimen.

Sentimen pertama adalah kemajuan pembicaraan gencatan senjata antara Rusia dengan Ukraina. Sentimen kedua adalah pengaruh suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed).

Dalam survei mingguan Kitco News menunjukkan bahwa mayoritas analis di Wall Street menyatakan bearish untuk harga emas. Sedangkan investor ritel tetap memperkirakan bullish pada harga emas dalam waktu.

Analis Wall Street memperkirakan harga emas akan turun pada pekan ini. Banyak yang memperkirakan harga emas akan terjebak dalam pola konsolidasi baru dengan dukungan awal bertahan antara USD 1.880 per ounce dan USD 1.900 per ounce.

Co-director lindung nilai komersial Walsh Trading Sean Lusk mengatakan, meskipun emas berjuang untuk menemukan momentum bullish baru, dia masih melihat harga emas akan bergerak melemah meskipun secara jangka panjang bakal naik.

"Investor akan melihat penurunan di bawah USD 1.900 sebagai peluang untuk beli," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya