Kisah Viral Inspiratif untuk Warga Jateng : Mantan Satpam IPB Raih Gelar Doktor, Kok Bisa ?

KIsah seorang mantan satpam yang kini menjadi doktor lulusan IPB University.

oleh Inung Budiarto diperbarui 31 Mar 2022, 09:02 WIB
Pihak kampus IPB menyatakan bahwa kantin kotor bukan jadi penyebab banyaknya mahasiswa IPB terkena hepatitis A. Lalu apa sebabnya?

Liputan6.com, Bogor - Jangan pernah meremehkan profesi apapun, apalagi ketika berbicara tentang masa depan. Arti mendalam dari kalimat tersebut menjadi kenyataan ketika seorang mantan satpam di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) University berhasil meraih pendidikan tinggi.

Tidak tanggung-tanggung, sang mantan yang bernama Hudi Santoso berhasil meraih gelar akademik tertinggi, yakni Doktor. Ia layak mendapatkan gelar istimewa tersebut setelah berhasil memertahankan disertasi berjudul "Model Komunikasi Digital Desa Wisata dalam Pengembangan Kapasitas Pelaku Wisata di Kabupaten Bogor". Tentu, bagi warga Jateng, keberhasilan Hudi layak menjadi contoh dan motivasi kan?

Seperti dirilis Antara, Hudi mengaku tak pernah berpikir bisa meraih pendidikan S3. Ia mengisahkan, menjadi satpam di lingkungan IPB University sekitar empat tahun. Hudi ingat betul, karena kala itu ada pembangunan gedung Fakultas Kedokteran Hewan.

Tak sekadar jadi satpam, guna menambah penghasilan, Hudi menjadi tukang ojek di sekitar kampus IPB University. Dia tak pernah menyangka bisa menempuh studi hingga program doktoral di kampus bergengsi seperti IPB Bogor.

"Ketika saya ngojek, dari situ saya berpikir kalau begini terus, hidup saya stagnan, gak ada perubahan. Alhamdulillah, diberi kemudahan. Saya masuk diploma, lanjut S1 di UNS Solo, kemudian lanjut lagi magister hingga doktor di IPB," kata Hudi.

 

2 dari 2 halaman

Desa Wisata

Ilustrasi suasana wisuda di IPB, Jawa Barat.

Hudi memilih disertasi dengan tema khusus tersebut, bukan tanpa alasan. Ia mengungkapkan, Kabupaten Bogor memiliki potensi desa wisata yang sangat besar. Area ini punya 42 desa yang berpotensi menjadi desa wisata dan 25 di antaranya sudah aktif sebagai destinasi liburan.

Hanya saja, kata Hudi, pengelolaan desa wisata ini dirasa belum optimal terutama jika melihat potensi yang dimiliki. Dia menjelaskan kalau pengelola desa wisata seharusnya memiliki kemampuan dalam mengakses, mengelola, memanfaatkan berbagai platform apps media untuk menyampaikan informasi, promosi, dan membangun reputasi desa wisata yang dikelola.

Hudi menjelaskan, komunikasi pemasaran lewat media sosial sangat penting dalam mengembangkan desa wisata. Semakin tinggi pemanfaatan platform seperti Facebook, Instagram dan Youtube, bakal meningkat popularitasnya.

Penelitian yang dilakukan Hudi menggunakan metode penelitian survei terhadap 166 responden yang didapat dari 3.320 orang populasi pelaku desa wisata di Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2020 di empat kecamatan, yaitu Pamijahan, Leuwiliang, Babakan Madang, dan Tenjolaya.

Setelah mendapatkan gelar Doktor, Hudi bakal terus meningkatkan pengembangan dari penelitiannya tersebut. Kini, ia menjadi dosen tetap Sekolah Vokasi IPB. Jadi, bagi warga Jateng, jalan perjuangan Hudi layak menjadi contoh kan?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya