Turki Tawarkan Jadi Tuan Rumah Pembicaraan Ukraina-Rusia

Erdogan menegaskan komitmen Turki terhadap integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2022, 09:01 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi keterangan saat menggelar pertemuan di Ankara, Turki (5/12). Karena kebijakan Trump soal Yerusalem, Erdogan akan memutus semua hubungan diplomatik dengan Israel. (Yasin Bulbul / Pool via AP)

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Kamis (3/2) menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pembicaraan antara Ukraina dan Rusia.

"Saya menekankan bahwa kami akan dengan senang hati menjadi tuan rumah pertemuan puncak tingkat pimpinan atau tingkat teknis," kata Erdogan pada konferensi pers bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (4/2/2022).

Sebaliknya, Zelenskyy mengatakan Ukraina siap menggunakan format apa pun demi mencapai perdamaian. "Tidak masalah di mana tepatnya Anda menghentikan perang. Penting bahwa semua orang dengan tulus siap untuk itu," kata Zelenskyy.

Erdogan menegaskan lagi komitmen Turki terhadap integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Perjanjian Turki dan Ukraina

Sejumlah tentara Rusia mengambil bagian dalam latihan di lapangan tembak Kadamovskiy, Rostov, Rusia, 10 Desember 2021. Konsentrasi pasukan Rusia dekat Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran Ukraina dan Barat tentang kemungkinan invasi yang dibantah Moskow. (AP Photo)

Turki dan Ukraina juga menandatangani delapan perjanjian dalam pertemuan itu, termasuk perjanjian perdagangan bebas, menurut kantor berita resmi Turki, Anadolu Agency.

Pertemuan itu terjadi sementara Rusia terus mengerahkan militer di sekitar Ukraina. Kini, sudah lebih dari 100.000 tentara yang ditempatkan Rusia di dekat perbatasan utara dan timur Ukraina, meningkatkan kekhawatiran bahwa Rusia akan menyerang lagi, seperti terjadi pada 2014, dan mengacaukan ekonomi Ukraina.

Pejabat Rusia menyangkal berencana menyerang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya