Megawati Sebut Tak Ada Tokoh Nasional dari Sumbar, Pengamat: Partai pun Tak Punya Tokoh Baru

Persoalan yang disoroti Sumbar juga terjadi di negara ini.

oleh Novia Harlina diperbarui 14 Jan 2022, 09:00 WIB
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memberi sambutan saat peluncuran Atribut Milenial di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (20/9). Peluncuran Atribut Milenial untuk kampanye Pemilu 2019 ini diperagakan langsung oleh para kader. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Padang - Pada peringatan hari ulang tahun ke-49 PDIP yang disiarkan melalui kanal Youtube PDI Perjuangan, Senin (10/1/2022) Megawati Soekarnoputri kembali menyinggung nama Sumatera Barat.

Dalam kesempatan itu ada tiga poin yang disoroti Megawati soal Sumbar, yang pertama Minangkabau sudah berbeda dari yang ia kenal, karena niniak mamak tidak tampak lagi dalam tatanan warga Sumbar.

Kedua, Megawati juga pernah bertanya kepada Buya Syafii Maarif, mengapa Sumbar berubah? Sudah tidak ada lagi tradisi musyawarah mufakat niniak mamak. Kemudian ketiga, Sumbar kini tak lagi memiliki tokoh nasional yang populer.

Menanggapi itu, pengamat Sosial Politik dari Universitas Negeri Padang, Eka Vidya Putra mengatakan apa-apa yang disampaikan Megawati tersebut, itu juga yang terjadi dengan Indonesia hari ini.

"Itu bukan masalah Sumbar yang dikatakan Ibu Megawati, tetapi masalah negara ini," katanya, Kamis (13/1/2022).

Kenapa tidak ada tokoh politik dari Minangkabau yang populer di pentas nasional? Eka menyebut jika dibawa ke ranah nasional, juga tak ada tokoh-tokoh baru.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Indonesia Tak Ada Tokoh Baru

Menurutnya, tokoh presiden hanya itu-itu saja, Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Sama halnya dengan stok menteri.

"Hal ini terjadi karena tidak ada proses perekrutan dan itu terhambat dari setiap partai politik," jelasnya.

Partai politik sekarang, lanjutnya, mengedepankan siapa yang punya uang dan popularitas, dibandingkan mencari tokoh-tokoh muda yang memiliki integritas dan idealisme.

"Jejak menteri dan legislatif juga 'lu lagi lu lagi' isinya," ujar Ketua Jurusan Sosiologi UNP tersebut.

Ia menyebut, kritikan Megawati itu sangat tajam, tetapi hal itu terjadi di semua tempat, semua lokasi. Artinya ada tokoh-tokoh politik yang maju itu karena bapaknya atau karena keluarganya dan sebagainya.

"Jadi sama saja, ini bukan persoalan Sumbar saja," ia menambahkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya