Tirto Adhi, Pers, dan Sumpah Pemuda 1928

Merunut catatan sejarah, media massa sangat berperan penting pada era pergerakan nasional. Salah satunya mendorong terlaksananya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2021, 11:03 WIB
Pameran Virtual bertajuk ‘Lawan!’, yang diselenggarakan oleh Museum Sumpah Pemuda, Rabu (27/10/2021). (Liputan6.com/Dok. Heni Purwono)

Liputan6.com, Jakarta - Merunut catatan sejarah, media massa sangat berperan penting pada era pergerakan nasional. Salah satunya mendorong terlaksananya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Hal itu terungkap dalam Pameran Virtual bertajuk ‘Lawan!’, yang diselenggarakan oleh Museum Sumpah Pemuda, Rabu (27/10/2021) secara daring diikuti ratusan siswa dari Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Para peserta dapat melihat koleksi Museum Sumpah Pemuda secara virtual seperti tokoh-tokoh pers, serta kliping surat kabar yang tersaji tiga dimensi, dipandu oleh kurator museum Sumpah Pemuda Bhakti Ari serta Eko Septian.

Bhakti mengungkapkan, mengapa tokoh Tirto Adhi Soerjo dijadikan sebagai Bapak Pers Indonesia, karena dialah yang menjadi pelopor perlawanan terhadap kolonial melalui media cetak.

"Ketika itu Tirto memimpin surat kabar Medan Prijaji tahun 1907, dan menggalakan perlawanan dengan pena, mengkritik pemerintah kolonial dan memberitakan hal-hal berbau pribumi," kata Bhakti, dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (28/10/2021).

Tak hanya Tirto, bahkan Proklamator Soekarno pun menjadikan surat kabar sebagai alat perlawanan terhadap kolonial melalui kritik-kritik yang tajam bahkan satire.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Harapan

Pameran Virtual bertajuk ‘Lawan!’, yang diselenggarakan oleh Museum Sumpah Pemuda, Rabu (27/10/2021). (Liputan6.com/Dok. Heni Purwono)

"Tahun 1932, surat kabar Pikiran Rakjat yang ketika itu dipimpin oleh Soekarno bahkan memuat karikatur perlawanan terhadap imperialisme. Itu menunjukkan bahwa para pendiri bangsa sangat cerdas memanfaatkan media massa," kata Eko.

Guru sejarah SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara, Heni Purwono mengaku pameran virtual ini sangat menarik dan mencerahkan untuk para siswa. Ia berharap -masih ada waktu sampai 9 November mendatang- para guru sejarah dapat mengajak siswanya untuk mengikuti pameran ini.

"Ini sangat menarik. Siswa diberi kekayaan sumber sejarah yang sangat banyak dan jarang ada di buku pelajaran sejarah. Lewat pameran virtual ini para siswa jadi tahu, Sumpah Pemuda tidak secara spontan terjadi, tapi ada proses literasi di dalamnya. Pencerahan melalui media massa," ucap Heni.

Heni berharap karena acara ini gratis, aman dari penularan Covid dan banyak juga hadiahnya, para guru mengajak siswanya untuk mengikuti acara ini.

"Mumpung momennya pas, besok Hari Sumpah Pemuda," kata Heni.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya