Aturan Baru di Pantai Arab Saudi, Wanita Boleh Pakai Bikini dan Peluk Pasangan Bukan Muhrim

Saat matahari terbenam di pantai Arab Saudi, penari mengikuti musik Barat di atas panggung, dan banyak pasangan berpelukan di dekatnya.

oleh Henry diperbarui 18 Okt 2021, 19:58 WIB
Penumpang memasuki Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, Arab Saudi, Senin (177/5/2021). Warga Saudi yang telah menerima vaksinasi Covid-19 diizinkan bepergian ke luar negeri untuk pertama kalinya sejak Maret 2020 menyusul dicabutnya larangan perjalanan. (AP Photo/Amr Nabil)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa tahun belakangan ini ada sejumlah kebijakan yang membuat Arab Saudi lebih terbuka dan tidak lagi dianggap konservatif. Hal itu juga dirasakan Asma, seorang wanita yang sering berwisata ke pantai.

Bagi wanita berusia 32 tahun itu, menghabiskan hari di pantai dengan kekasihnya tak pernah terpikirkan sebelumnya bisa dilakukan di negara tersebut.  Dilansir dari The New Arab dan The Times of Israel, 18 Oktober 2021, Kini, Asma bisa berdansa dengan kekasihnya di atas pasir putih di tepi Laut Merah dengan iringan musik dan lagu-lagu berbahasa Inggris dari pengeras suara.

Itu adalah gambaran kecil dari perubahan yang sedang berlangsung di kerajaan Islam, yang berusaha untuk melonggarkan beberapa aturan sosial ketat dalam dorongan modernisasi. Sebelumnya, musik dilarang di tempat umum hingga 2017, sebuah aturan yang ditegakkan oleh polisi Agama.

Wanita lalu boleh diizinkan mengemudi setahun kemudian, dan pantai biasanya masih dipisahkan antara pria dan wanita. Namun dengan membayar 300 riyal Saudi atau sekitar Rp1,1 juta per orang, Asma dan kekasihnya bisa masuk ke Pure Beach dekat Jeddah, dengan musik, dansa, dan taman air yang bertuliskan "Arab Saudi" dalam bahasa Inggris jika dilihat dari atas.

"Saya senang saya sekarang bisa datang ke pantai terdekat untuk menikmati waktu saya," kata Asma pada AFP.  "Ini adalah simbol kebahagiaan, ini adalah impian kami untuk datang ke sini dan menghabiskan akhir pekan yang indah," tambahnya.

Para pengunjung wanita yang ingin berenang dibolehkan memakai bikini. Beberapa di antaranya bersantai sambil menghisap shisha. Saat matahari terbenam, penari mengikuti musik Barat di atas panggung, dan banyak pasangan berpelukan di dekatnya.

Di banyak negara situasi ini bukan pemandangan yang aneh, tetapi berbeda untuk Arab Saudi, yang menjadi rumah situs-situs paling suci Islam. Bilal Saudi, kepala acara di King Abdullah Economic City, mengatakan pantai itu terbuka untuk turis lokal maupun asing.

"Saya merasa bahwa saya tidak lagi harus bepergian (ke luar negeri) untuk bersenang-senang, karena semuanya ada di sini," kata Dima, seorang pengusaha muda lokal sambil bergoyang  mengikuti musik.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Banyak yang Berubah

Aturan Baru di Pantai Arab Saudi, Wanita Boleh Pakai Bikini dan Peluk Pasangan. (dok.Instagram @bytmtma/https://www.instagram.com/p/CS8-rspDbPT/Henry)

Petugas di pantai mengatakan mereka tidak tahu apakah pasangan yang berpelukan sudah menikah atau belum. Baru dua tahun yang lalu pasangan asing yang belum menikah diizinkan untuk berbagi kamar hotel.

Demi 'privasi', seperti yang dikatakan staf, ponsel disita dan disimpan dalam kantong plastik.  "Saya terkejut dengan kebebasan dan keterbukaan di pantai, sesuatu yang akan dialami di Amerika Serikat," ujar pengunjung pantai lainnya.

Mereka juga terlihat di luar kawasan Jeddah yang dikenal sebagai kawasan paling santai di negara itu. Pure Beach sendiri berada di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer di utara pusat kota Jeddah.

"Saya dibesarkan di sini, banyak yang sudah berubah sekarang. Beberapa tahun yang lalu kami bahkan tidak diizinkan untuk mendengarkan musik, jadi ini seperti surga," ucap Hadeel Omar dari Mesir. 

 

3 dari 4 halaman

Hidup Normal

Seorang siswa didampingi instruktur mengikuti kursus mengemudi di kampus Effat University, di Jeddah, Arab Saudi, (6/3). Keputusan kerajaan Arab Saudi tersebut menaikkan salah satu bentuk diskriminasi terhadap wanita di Arab Saudi. (AP Photo/Amr Nabil)

Arab Saudi mengalami beberapa perubahan di bawah putra mahkota dan penguasa de facto, Mohammed bin Salman (MBS) yang berkuasa sejak 2017. Meski begitu, MBS juga dianggap telah bertindak keras terhadap perbedaan pendapat, menahan aktivis hak-hak perempuan, ulama dan jurnalis.

Sebuah laporan intelijen Amerika Serikat menuding MBS telah menyetujui pembunuhan brutal terhadap jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istambul, Turki pada 2018. Reformasi sosial kerajaan didorong oleh keinginan untuk mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak bumi, termasuk dengan memantik sektor pariwisata dan pengeluaran domestik.

Sebelumnya, hanya pelancong bisnis dan peziarah Muslim saja yang dapat berkunjung ke Arab Saudi. Namun pada 2019, mereka mulai menawarkan visa untuk turis asing.

Meski sudah cukup terbuka, pihak penguasa Arab Saudi masih tetap melarang minuman beralkohol secara nasional. "Hidup itu normal (di Arab Saudi). Sebelumnya tidak normal," ujar Asma.

4 dari 4 halaman

Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu

Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya