Industri Mebel Bangkit di Tengah Covid-19, Ekspor Naik 39,9 Persen

Sejumlah industri mulai bangkit di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya industri mebel dan kerajinan tangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Agu 2021, 19:24 WIB
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk memungkinkan produk UMKM lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah industri mulai bangkit di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya industri mebel dan kerajinan tangan. 

Himpunan Industri Mabel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mencatat ekspor mebel dan kerajinan meningkat signifikan 35,41 persen (yoy) selama kuartal I-2021. Dari kenaikan tersebut kelompok produk mebel mengalami kenaikan 39,98 persen dan kelompok produk kerajinan naik 24,87 persen.

Ketua Presidium HIMKI, Abdul Sobur mengatakan, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan berkontribusi sebesar 50,2 persen diikuti oleh Jepang, Belanda dan Jerman yakni 7,4 persen, 5,3 persen dan 4,3 persen. Sementera Belgia, Australia dan Inggris berkontribusi sebesar 3,9 persen, 3,6 persen dan 3,3 persen.

Begitu juga dengan ekspor kerajinan, AS masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan menyumbang 44,4 persen dari total ekspor produk kerajinan, diikuti oleh Malaysia 12,6 persen, Jepang 7,8 persen dan Belanda 3,7 persen.

"Namun di sisi lain impor juga terus merangkak naik sehingga pada saat tertentu bisa menggerus pangsa pasar industri lokal," kata dia di Jakarta, Selasa (3/8/2021).

Pada semester I-2021 impor mebel naik 36,34 persen dan kerajinan naik 20,28 persen secara yoy, dan secara total impor mebel dan kerajinan meningkat 29,14 persen. Walaupun nilai impor masih terbilang kecil namun dikhawatirkan akan terus meningkat.

Adapun negara asal impor mebel terbesar berasal dari Tiongkok (76,9 persen), sisanya berasal dari Thailand, Jepang, Malaysia, Vietnam, Italia, Jerman, Singapura, Taiwan dan Korea Selatan.

 

2 dari 2 halaman

Tetap Optimis

Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk memungkinkan produk UMKM lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Meski demikian, para pengusaha yang tergabung dalam HIMKI tetap optimis bahwa industri ini akan terus mengalami pertumbuhan. Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki bisa dikelola dengan baik, Indonesia bisa menjadi leader untuk industri mebel dan kerajinan di Kawasan Regional ASEAN.

"Dengan ketersediaan bahan baku hasil hutan yang melimpah, sumber daya manusia yang terampil dalam jumlah besar, industri ini bisa menjadi industri yang tangguh. Peluang untuk tumbuh dan terbukanya potensi pasar bisa kita baca hasil riset di bawah ini," jelas dia,

Dikutip dari hasil riset Research And Markets menyatakan bahwa tahun 2021 pasar furnitur global diperkirakan akan tumbuh menjadi USD671,07 miliar dari tahun sebelumnya yang tercatat USD564,17 miliar dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 18,9 persen. Nilai pasar global diperkirakan akan mencapai USD850,38 miliar pada tahun 2025 dengan CAGR 6 persen.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya