Wabah COVID-19 Merebak di Wilayah Perbatasan Myanmar-India

Peningkatan kasus COVID-19 terpantau sangat tajam sejak kudeta militer pada Februari yang menyebabkan runtuhnya layanan kesehatan Myanmar.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Jun 2021, 18:26 WIB
Warga yang mengenakan masker mengantre saat menunggu giliran untuk mendapatkan pengecekan medis dalam kampanye pemeriksaan kesehatan dan pelacakan kontak di Yangon, Myanmar, pada 8 September 2020. Myanmar melaporkan 92 kasus baru COVID-19 pada Selasa (8/9) pagi waktu setempat. (Xinhua/U Aung)

Liputan6.com, Chin - Wabah baru COVID-19 berkembang di dekat perbatasan barat laut Myanmar dengan India.

Hal ini menyebabkan peningkatan kasus paling tajam sejak kudeta militer pada Februari yang menyebabkan runtuhnya layanan kesehatan Myanmar dan program pengujian, demikian dikutip dari laman Straits Times, Jumat (4/6/2021).

Angka resmi yang dirilis Kamis malam 3 Juni 2021 menunjukkan 122 kasus di seluruh negeri untuk kedua kalinya dalam tiga hari.

Ini adalah jumlah rendah dibandingkan dengan banyak tetangga Asia, tetapi tertinggi dalam hampir empat bulan.

Banyak kasus berasal dari Negara Bagian Chin, yang berbatasan dengan India, meningkatkan kekhawatiran bahwa varian lebih menular yang pertama kali ditemukan di sana sekarang menyebar di Myanmar.

"Tiga orang meninggal kemarin. Banyak yang ketakutan," kata Lang Khan Khai dari kelompok bantuan Zomi Care and Development kepada Reuters dari kota Tonzang dekat perbatasan dengan India.

"Orang jarang keluar."

 

2 dari 2 halaman

COVID-19 di Tengah Kudeta

Orang-orang antre untuk membayar makanan dan belanjaan lainnya di supermarket 24 jam di Yangon, Selasa (24/3/2020). Tanggapi kasus pertama Corona COVID-19 pada Senin 23 Maret malam, warga Myanmar memadati pusat perbelanjaan untuk menyetok kebutuhan pokok dan persedian makanan. (AP/Thein Zaw)

Petugas medis khawatir bahwa hanya sedikit kasus yang terdeteksi.

Pengujian Virus Corona COVID-19 runtuh setelah kudeta 1 Februari 2021 yang menggulingkan penguasa terpilih Aung San Suu Kyi.

Banyak petugas kesehatan bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil untuk memprotes kudeta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya