Cara Menparekraf Apresiasi Destinasi Wisata Alas Harum

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE di destinasi wisata Alas Harum, Ubud, Bali.

oleh Dewi Divianta diperbarui 29 Mei 2021, 21:00 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno di Bali (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Denpasar Menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, mengapresiasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) di destinasi wisata Alas Harum, Ubud.

"Covid-19 ini memaksa kita untuk terus berinovasi dan tadi saya lihat Alas Harum sudah membangun beberapa tambahan layanan, ini adalah bentuk adaptasi kita. Saya juga mengapresiasi penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin di sini karena kita perlu mempersiapkan diri menghadapi beberapa agenda besar yang ada di Bali," kata Sandiaga di Bali, Jumat (28/5/2021).

Menparekraf Sandiaga menyebut destinasi wisata yang dilengkapi dengan restoran dan sentra produksi kopi luwak ini dinilai berhasil menerapkan protokol CHSE secara ketat dan disiplin.

"Jadi kami yakin ini akan menjadi destinasi yang akan dikunjungi oleh wisatawan. Sehingga kita perlu berbenah dan mempersiapkan diri," katanya.

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tak Ada PHK Selama Pandemi Covid-19

Menparekraf Sandiaga Uno di Bali (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Menurut Menparekraf keberhasilan Alam Harum karena mempertahankan 250 karyawannya dari pemutusan hubungan kerja.

"Saya ucapkan terima kasih kepada pengelola Alas Harum karena selama pandemi dan sulitnya ekonomi, destinasi wisata terpadu Alas Harum ini tidak melakukan PHK terhadap 250 pegawainya," ucap Sandiaga.

Pemilik Alas Harum, Made Ardhana menjelaskan dirinya memberlakukan sistem kerja bergantian atau shifting terhadap 250 pegawainya.

"Jadi ada yang 12 hari kerja ada yang 10 hari kerja sesuai dengan kecakapannya dalam bekerja. Jadi kami di manajemen ini menyiapkan bagaimana caranya mereka tidak jenuh di rumah dan kita juga tetap memberikan optimisme terhadap mereka semua. Kita tidak boleh menyerah terhadap situasi, mau separah apapun tetap kita bersyukur," ujar Made Ardhana.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya