Riau Terbanyak Kasus Covid-19 di Sumatra, Satgas: Terjadi Euforia Vaksin

Lonjakan Covid-19 di Riau membuat Bumi Lancang Kuning berada pada posisi paling atas kasus konfirmasi Covid-19 di Pulau Sumatra.

oleh M Syukur diperbarui 21 Apr 2021, 08:00 WIB
Gubernur Riau Syamsuar. (Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Pekanbaru - Covid-19 di Riau tidak hanya tertinggi soal kematian tapi juga pemuncak kasus konfirmasi paling banyak di Pulau Sumatra. Bumi Lancang Kuning per 19 April 2021 mencatat 39.103 kasus terkonfirmasi Covid-19 melampaui 9 provinsi lainnya.

Lonjakan kasus Covid-19 di Riau terjadi sejak awal April 2021 atau beberapa bulan setelah vaksinasi dilakukan. Beberapa pasien terkonfirmasi juga merupakan warga yang telah disuntikkan vaksin Sinovac.

Hanya saja, Gubernur Riau Syamsuar membantah kasus konfirmasi paling banyak dari orang penerima vaksin. Dia menyebut lonjakan ini dari klaster keluarga karena pasien Covid-19 lebih memilih isolasi mandiri di rumah.

"Isolasi mandiri di rumah, akhirnya keluarga lain kena juga," kata Syamsuar di Pekanbaru.

Syamsuar mengimbau agar warga terkonfirmasi diisolasi di fasilitas milik pemerintah. Dengan demikian lebih terpantau dan obat yang diberikan terjamin.

Di sisi lain, Syamsuar meminta tracing kontak pasien terkonfirmasi lebih diperbanyak. Untuk satu kasus agar dilakukan 15 pelacakan dan tes deteksi Covid-19.

Selanjutnya, setiap Puskesmas diminta tersedia alat rapid antigen. Masyarakat yang hasilnya positif dilakukan swab sehingga deteksi Covid-19 lebih cepat.

"Kemudian bagi yang demam hasil nonreaktif, lakukan swab juga," kata Syamsuar.

 

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Euforia Vaksin

Sementara itu, juru bicara Satgas Covid-19 Riau dr Indra Yovi menyebut lonjakan kasus baru disebabkan euforia vaksin. Masyarakat merasa vaksin memberikan kekebalan hingga 100 persen.

"Misalnya gini, orang tua sudah divaksin, kemudian anaknya langsung ngajak jalan karena sudah merasa orangtuanya aman, akhirnya kena," kata Yovi.

Yovi menyatakan, vaksin Sinovac yang saat digunakan di Indonesia hanya memberikan imunitas 65 persen lebih. Artinya, masih ada 34 persen lebih peluang terkena jika tidak menerapkan protokol kesehatan.

"Tapi yang banyak terkonfirmasi saat ini bukan orang yang divaksin," tegas Yovi.

Yovi menyebut lonjakan saat ini karena mulai kendornya protokol kesehatan. Rumah ibadah mulai tidak menjarakkan jemaah, rumah makan menyediakan buka bersama dan pasar Ramadan tanpa protokol kesehatan.

"Begitu juga dengan kafe, bisa lihat sendirilah saat ini," ucap Yovi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya