Kemkominfo Uji Coba SMS Blast dan Siaran TV Publik Informasi Kebencanaan

Kemkominfo bekerja sama dengan Badan Geologi Kementerian ESDM menguji coba SMS blast dan siaran TV publik untuk informasi kebencanaan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 13 Apr 2021, 15:20 WIB
Gunung Merapi mengeluarkan lava pijar yang teramati dari Yogyakarta (7/1/2021). Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat sebanyak 19 kali guguran lava pijar dari Gunung Merapi di daerah istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. (AFP/Agung Supriyanto)

Liputan6.com, Jakarta - Kemkominfo bekerja sama dengan Badan Geologi Kementerian ESDM melakukan uji coba Penyebarluasan Informasi Kebencanaan Erupsi Gunung Api dan Geologi melalui SMS blast kebencanaan operator seluler dan siaran TV publik secara realtime.

Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemkominfo Ahmad M. Ramli mengatakan, momentum ini penting untuk segera diimplementasikan karena beberapa gunung api di Indonesia menunjukkan peningkatan aktivitas.

"Kerja sama Ditjen PPI dengan Badan Geologi berhasil dilakukan ditandai dengan berhasilnya simulasi SMS blast dan berhasilnya penayangan informasi bencana melalui TVRI secara realtime," kata Ramli, dikutip dari keterangan resmi Kemkominfo, Selasa (13/4/2021).

Ramli mengatakan, penyebaran informasi kebencanaan merupakan hal penting mengingat posisi geografis Indonesia yang berada di cincin api pasifik (ring of fire) di wilayah lintasan dua jalur pegunungan. Implikasi dari letak Indonesia adalah aktivitas gunung api yang bisa menyebabkan gempa vulkanik.

"Indonesia juga dilalui jalur pertemuan 3 lempeng teknonik, yakni Lempang Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik yang tiap tahunnya bergerak dan suatu saat terjadi pelepasan mendadak atau yang dikenal dengan gempa teknonik," ujarnya.

2 dari 3 halaman

Rawan Karena Musim Hujan

Lava pijar mengalir dari kawah Gunung Merapi di Yogyakarta, Sabtu (23/1/2021). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi mengeluarkan 17 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur 300-500 meter pada Sabtu (23/1) pagi. (AFP/Agung Supriyanto)

Indonesia yang memiliki dua musim, yakni hujan dan kemarau pun membuat makin rawannya Indonesia terhadap potensi bencana hidrometrologis, yakni hujan lebat yang bisa menyebabkan banjir dan kemarau panjang.

Untuk itulah, diperlukan penyebaran informasi kebencanaan yang merupakan amanat pasal 20 UU 36 Tahun 1999 mengenai Telekomunikasi. Pasal itu menyebut penyelenggara telekomunikasi wajib memberi prioritas pengiriman informasi penting menyangkut keamanan negara, keselamatan, bencana alam, mara bahaya, dan wabah penyakit.

Ramli menjelaskan, kerja sama dengan Badan Geologi merupakan perwujudan kehadiran negara dalam menciptakan rasa aman.

3 dari 3 halaman

SMS Blast Kebencanaan hanya di Daerah Terdampak Bencana

Ramli juga menegaskan bahwa informasi bencana hanya disebarkan kepada masyarakat di kawasan terdampak bencana.

"Khususnya di daerah erupsi gunung api yang sangat membutuhkan informasi cepat untuk evakuasi agar terhindar dari risiko dan bahaya yang mengancam jiwa raga," katanya.

Selain melalui SMS blast, Kemkominfo juga menyampaikan informasi melalui penyiaran televisi.

Sebelumnya, penyebaran informasi via SMS juga dilakukan dalam mendukung penanganan pandemi Covid-19.

(Tin/Isk)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya