China Masih Rajai Pasar Impor di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 10 negara yang menguasai pasar impor Indonesia sepanjang Februari 2021

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mar 2021, 12:48 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 10 negara yang menguasai pasar impor Indonesia sepanjang Februari 2021. Pasar impor Indonesia sebagian besar atau sekitar 32,78 persen tercatat didominasi oleh barang-barang dari China atau Tiongkok.

"Pangsa impor non migas berasal dari Tiongkok sebesar 32,78 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Jakarta, Senin (15/3/2021).

Posisi kedua diduduki oleh Jepang sebesar 8,31 persen, kemudian Thailand sebesar 5,53 persen. Lalu Singapura sebesar 5,22 persen dan Australia sebesar 5,18 persen. Posisi Amerika Serikat sebesar 5,01 persen serta Korea Selatan sebesar 4,92 persen.

"Selanjutnya tercatat Malaysia sebesar 3,32 persen, India 3,21 persen, Taiwan 2,32 persen," jelas Suhariyanto.

Adapun impor Indonesia dari Uni Eropa adalah sebesar USD 0,80 miliar atau 6,67 persen dan ASEAN sebesar USD2,28 miliar atau sekitar 19,10 persen dari total keseluruhan impor yang dilakukan pada bulan kedua tahun ini.

Sementara itu, pada Februari tahun lalu beberapa negara mengalami kenaikan impor terhadap Indonesia. Pertama dari Brazil mengalami peningkatan sebesar USD162,7 juta. Beberapa komoditas yang diimpor adalah raw sugar, oil cook, dan cotton.

"Lalu dari Australia sebesar USD156,3 juta yaitu lamb dan ternak betina. Jepang USD127 juta. Kemudian ada juga dari Thailand dan Filipina. Kita dari beberapa negara juga mengalami penurunan impor misalnya dari Tiongkok turun USD215,9 juta karena adanya penurunan beberapa mesin. Dari Korea Selatan, Afrika Selatan dan Rusia juga turun," tandasnya.

 

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

BPS: Neraca Perdagangan Februari 2021 Surplus USD 2 Miliar

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Februari 2021 kembali surplus. Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2021 surplus USD 2,00 miliar dengan nilai ekspor USD 15,27 miliar dan impor USD 13,26 miliar.

"Performa ekspor dan impor pada Februari 2021 ini boleh dibilang bagus, karena ekspornya sebesar USD 15,27 miliar berarti secara YoY 8,56 persen. Menggembirakan karena kenaikan ekspornya terjadi di sektor pertanian, indsutri maupun tambang," kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers pada Senin (15/3/2021).

Secara YoY, ekspor pertanian meningkat 3,16 persen, indsutri 9 persen, tambang 7,53 persen, dan migas 6,90 persen.

Namun secara m-to-m, ekspor migas turun 2,63 persen, pertanian minus 8,96 persen, dan tambang turun 6,71 persen. Hanya sektor indsutri yang tumbuh secara m-to-m sebesar 1,38 persen.

Sementara untuk impor pada Februari 2021 tumbuh dua digit sebesar 14,86 persen. Secara YoY, impor pada sektor barang konsumsi tumbuh 43,59 persen, bahan baku atau penolong 11,53 persen, dan barang modal tumbuh 17,68 persen.

Secara m-to-m, impor barang konsumsi dan bahan baku atau penolong mengalami penurunan. Masing-masing minus 13,78 persen dan 0,50 persen. Hanya impor barnag modal yang tumbuh dibandingkan Januari 2020 sebesar 9,08 persen.

"Kita tentunya berharap peningkatan impor barang baku dan modal menunjukkan bahwa geliat indsutri dan investasi di Tanah Air mulai bergerak bagus," jelas Suhariyanto. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya