Wajib Tahu, 5 Tradisi yang Dilakukan pada Hari Raya Nyepi

Nyepi adalah Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mar 2021, 12:01 WIB
Umat Hindu menyusuri pantai saat menggelar ritual Melasti di Pantai Petitenget, Denpasar, Bali, Senin (4/3). Dalam sejarah, Melasti disimbolkan dengan gunungan sesaji yang dihanyutkan ke laut. (SONNY TUMBELAKA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Nyepi adalah Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka. Nyepi berasal dari kata sunyi, senyap, dan tidak ada kegiatan. Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka pertama kali diselenggarakan pada 78 tahun Masehi.

Sesuai namanya, pada Tahun Baru Saka semua umat Hindu di Bali melaksanakan catur brata penyepian dan menyepi. Semua kegiatan di Bali ditiadakan seperti tempat makan, pusat perbelanjaan, hingga bandara ditutup. Tetapi, rumah sakit tetap berjalan seperti biasa.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah untuk meminta permohonan kepada Tuhan, untuk membersihkan alam manusia dan alam semesta. Oleh karena itu, perayaan ini memiliki makna sebagai hari pembaruan, kebangkitan, kedamaian, dan toleransi.

Dalam perayaannya, umat Hindu mengikuti lima ritual di antaranya upacara Melasti, menghaturkan pemujaan, Tawur Agung, Nyepi, dan Ngembak Geni.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 6 halaman

1. Upacara Melasti

Iring-iringan umat Hindu Bali saat melakukan upacara Melasti di pantai Petitenget, Bali, Rabu (14/3). Dibeberapa kawasan seputaran Kota Denpasar terlihat umat Hindu berpakaian adat melakukan upacara Melasti. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Inti dari upacara Melasti yakni untuk menyucikan alam manusia (Bhuana Alit) dan alam semesta (Bhuana Agung). Upacara ini diselenggarakan di sumber air suci kelebutan, segara, campuran, dan patirtan. 

Namun, kegiatan ini paling banyak dilakukan di segara. Upacara dilakukan dengan bersembahyang menghadap laut. Upacara Melasti mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dengan berkeliling desa sebelum ke laut.

Pratima atau patung adalah pengganti arca yang ada di pura. Meskipun terbuat dari kertas, kayu, maupun batu, pratima sangat berharga dan dihormati bagi umat Hindu.

Tujuan berkeliling desa yakni untuk menyucikan desa berdasarkan kesucian pratima. Semua umat melakukan upacara ini dengan khidmat, tertib, dan ikhlas.

 

3 dari 6 halaman

2. Menghaturkan Pemujaan

Umat Hindu melakukan sembahyang Hari Raya Nyepi di Pura Aditya Jaya, Jakarta, Kamis (7/3). Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Setelah melakukan upacara Melasti, umat Hindu mengusung pratima dan segala perlengkapannya langsung menuju Balai Agung atau Pura Desa di setiap Desa Pakraman.

Sebelum Ngrupuk umat melakukan nyejer, kemudian mereka menghaturkan bhakti atau pemujaan sesuai tujuan utama Hari Raya Nyepi.

4 dari 6 halaman

3. Tawur Agung

Umat Hindu berdoa di Pura Aditya Jaya di Jakarta, Selasa (24/3/2020). Ibadah hari suci Nyepi Tahun Baru Saka 1942 di Pura Aditya Jaya tidak menyelenggarakan persembahyangan, namun untuk sembahyang dibatasi dalam mencegah penularan Covid-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dalam bahasa Jawa Tawur berarti saur. Dalam bahasa Indonesia memiliki arti melunasi hutang. Di setiap perempatan desa atau pemukiman, mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan.

Keseimbangan yang dimaksud yaitu Buana Alit, Buana Agung, manusia Bhuta, keseimbangan Dewa, serta merubah kekuatan bhuta menjadi dewa yang memiliki harapan dapat memberikan kesejahteraan dan kedamaian.

Acara dilanjutkan dengan Ngrupuk atau Mebuu-buu di setiap rumah tangga. Ini bertujuan untuk membersihkan lingkungan dari pengaruh Bhuta Kala, yang diartikan sebagai sesuatu yang merusak kehidupan, kemakmuran, kesehatan, dan kesuburan.

Acara Ngrupuk menghadirkan ogoh-ogoh sebagai simbol Bhuta Kala sekaligus menunjukkan kreativitas seni dalam budaya Bali.

 

5 dari 6 halaman

4. Nyepi

Umat Hindu berdoa di Pura Widya Dharma yang sepi di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (24/3/2020). Pembatasan aktivitas menjelang Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1942 dilakukan sesuai dengan imbauan pemerintah untuk antisipasi penyebaran virus corona Covid-19. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari Amati Karya, Amati Geni, Amati Lelanguan, dan Amati Lelungan. Amati Karya adalah larangan melakukan pekerjaan. Amati Geni dilarang menyalakan api, menyalakan lampu, dan menunjukkan perasaan marah. 

Amati Lelanguan merupakan larangan untuk bersenang-senang. Terakhir, Amati Lelungan yang merupakan larangan untuk melakukan perjalanan atau bepergian keluar rumah.

 

6 dari 6 halaman

5. Ngembak Geni

Umat Hindu melakukan sembahyang saat perayaan Nyepi di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta, Selasa (28/3). Nyepi dirayakan dengan melakukan kegiatan keagamaan di pura. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ngembak Geni diawali dengan aktivitas baru dengan Mesima Krama di lingkungan keluarga, tetangga, dan dalam cakupan yang lebih luas. Mesima Krama diartikan sebagai dialog antarsesama tentang sesuatu yang sudah terjadi, baru terjadi, dan yang akan datang.

Ini juga membicarakan tentang upaya meningkatkan kehidupan lahir batin di masa depan dengan bertumpu pada pengalaman.

Penulis:

Syifa Aulia

UPN Veteran Jakarta

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya