Para Penjaga Sumber Kehidupan

Bagi sebagian orang, sungai dianggap menjadi sumber kehidupan. Sakral. Sebab itu mereka menghormati lintasan air di sungai dan pantang untuk mengotorinya. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap sungai bukan bagian penting kehidupan.

oleh Andry Haryanto diperbarui 23 Feb 2021, 15:25 WIB
Petugas UPK Badan Air DLH Provinsi DKI Jakarta berjibaku membersihkan tumpukan sampah yang menghalangi aliran air Kali Mampang di Jalan Pejaten Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Aliran air Kali Mapang di Jalan Pejaten Raya meluap akibat sumbatan tumpukan sampah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian orang, sungai dianggap menjadi sumber kehidupan. Sakral. Sebab itu mereka menghormati lintasan air di sungai dan pantang untuk mengotorinya. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap sungai bukan bagian penting kehidupan. Dianggap hanya lintasan air saja. Akibatnya, orang-orang itu menganggap sungai bisa dijadikan tempat sampah dan membuang apa saja semaunya, tidak terpikir dampak apalagi kehidupan di sekitar sungai tersebut.

Nasib sungai seolah diserahkan kepada mereka yang bejibaku memungut sampah, mulai dari relawan kebersihan, personel Dinas Kebersihan, dan juga personel Dinas Lingkungan Hidup.   

 

 

Petugas UPK Badan Air DLH Provinsi DKI Jakarta berjibaku membersihkan tumpukan sampah yang menghalangi aliran air Kali Mampang di Jalan Pejaten Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Aliran air Kali Mapang di Jalan Pejaten Raya meluap akibat sumbatan tumpukan sampah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Memungut sampah di sungai tentunya berbeda dengan di jalanan atau tempat-tempat sampah pada umumnya. Perlu ekstra hati-hati karena bahaya mengintai.

Contoh ancaman bahaya itu terjadi pada seorang petugas Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Sandi Samiadi (26), yang tewas setelah terjatuh dari Jembatan Merah di saluran Kali Ciliwung Lama, Sawah Besar, Jakarta Pusat saat sedang membersihkan sampah.

Petugas UPK Badan Air DLH Provinsi DKI Jakarta berjibaku membersihkan tumpukan sampah yang menghalangi aliran air Kali Mampang di Jalan Pejaten Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Aliran air Kali Mapang di Jalan Pejaten Raya meluap akibat sumbatan tumpukan sampah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Butuh waktu dua jam bagi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat menyisir setiap bantaran sungai untuk mencari korban. Jenazah korban ditemukan di bawah jembatan. 

Petugas UPK Badan Air DLH Provinsi DKI Jakarta berjibaku membersihkan tumpukan sampah yang menghalangi aliran air Kali Mampang di Jalan Pejaten Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Aliran air Kali Mapang di Jalan Pejaten Raya meluap akibat sumbatan tumpukan sampah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Banjir yang sempat melanda Jakarta dan beberapa kota penyangga menyisakan sampah, salah satunya di sungai.

Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta membersihkan 338 meter kubik sampah banjir pasca hujan deras yang mengguyur Jakarta dan wilayah hulu pada 19 dan 20 Februari 2021.

 

 

Petugas UPK Badan Air DLH Provinsi DKI Jakarta berjibaku membersihkan tumpukan sampah yang menghalangi aliran air Kali Mampang di Jalan Pejaten Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Aliran air Kali Mapang di Jalan Pejaten Raya meluap akibat sumbatan tumpukan sampah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sampah-sampah tersebut diangkut dari tiga lokasi penyekatan, yakni aliran Kali Ciliwung di Jembatan Kampung Melayu dan Pintu Air Manggarai, serta di Banjir Kanal Barat (BKB) Season City.

Petugas UPK Badan Air DLH Provinsi DKI Jakarta berjibaku membersihkan tumpukan sampah yang menghalangi aliran air Kali Mampang di Jalan Pejaten Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Aliran air Kali Mapang di Jalan Pejaten Raya meluap akibat sumbatan tumpukan sampah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya