Mengenal Sejarah Lebak Banten dari Film Saijah - Adinda

Film Saijah-Adinda yang diadaptasi dari novel Max Havelaar berjudul Multatuli resmi tayang di Indonesia.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 23 Jan 2021, 02:00 WIB
Pemutaran Perdana Film Saijah-Adinda Dari Novel Multatuli Di Kota Cilegon, Banten. (Kamis, 21/01/2021). (Liputan6.com/Yandhi Deslatama).

Liputan6.com, Cilegon - Film Saijah-Adinda yang diadaptasi dari novel Max Havelaar karya Multatuli resmi tayang di Indonesia. Pemutaran perdana film tersebut digelar di Bioskop XXI Kota Cilegon, Banten, Kamis (21/1/2021). Film ini menjadi menarik lantaran mengisahkan cerita romantis dengan latar belakang sejarah perlawanan terhadap kolonialisme.

Saijah dan Adinda merupakan pemuda desa yang saling jatuh cinta, namun terhalang kolonialisme dan kehidupan yang miskin di Kabupaten Lebak, Banten.

"Kisah romantis dari novel Max Havelaar, di bab 17. Bukan sekadar percintaan, tapi juga pesan mendalam untuk memanusiakan manusia," kata sutradara film Saijah-Adinda, Darwin Mahesa, Kamis (21/1/2021). 

Sederet aktor berbakat ikut ambil bagian dalam kerja kreatif ini. Antara lain Rizky Darta yang berperan sebagai Adinda, dan Achmad Ali Sukarno sebagai Saijah. Sedangkan yang menjadi Edward Douwes Dekker diperankan Christian Bernard Leitner. Arswendi Nasution sebagai Abah Saijah. Egi Fredly sebagai Bupati Lebak tahun 1856, dan Jajang C Noer sebagai Ibu Neng.

Latar film merupakan gambaran Kabupaten Lebak di zaman kolonial. Novel itu ditulis Max Havelaar pada 1859 dan terbit pada 1860 dengan judul asli Max Havelaar, of de koffij-Maatschappi atau dalam bahasa Indonesia Max Havelaar: Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda.

"Kami harap bisa diterima oleh masyarakat Indonesia, bukan hanya masyarakat Banten, karena film Saijah Adinda sudah dinantikan," kata Darwin

Film Saijah-Adinda yang diproduksi November 2020 melibatkan 60 kru lokal, 15 aktor pendatang, 7 artis senior, 50 figuran dan 200 ekstra itu, merupakan hasil kerjasama antara Kremov Picture dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Film diharapkan mampu menumbuhkan semangat dan memperkenalkan kembali budaya Indonesia ke generasi muda.

"Tidak banyak film yang berbicara tentang sejarah Indonesia, dan diharapkan makin banyak lagi. Karena kita sedang gencar berbicara ke-Indonesiaan," kata Sekretaris Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Darmawati, Kamis (21/1/2021).

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Novel Max Havelaar Guncang Dunia

Pemeran Saijah-Adinda Saat Pengambilan Gambar. (Dokumentasi Kremov Picture).

Novel Max Havelaar sempat membuat heboh dan 'mengguncang' publik Belanda. Novel itu membuka mata dunia soal praktik kolonialisme Belanda di Nusantara. Saat itu, kolonialisme dianggap sebagai sistem yang wajar, berkat karya Edward Douwes Dekker itu, wajah asli kolonialisme terbongkar.

Apa yang dilakukan Douwes Dekker itu memicu politik etis pada 1901. Politik etis sendiri mempunyai tiga konsep, yaitu Irigasi untuk memperbaiki taraf kehidupan masyarakat pribumi dalam bidang pangan. Emigrasi dalam hal tenaga kerja, dan edukasi atau memberikan pendidikan bagi masyarakat pribumi.

Novel karya Edward Douwes Dekker itu sendiri sudah diterjemahkan ke 40 bahasa, menunjukkan tingginya minat masyarakat dunia untuk membaca novel tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya