Aplikasi Visa di Arab Saudi Mulai Beroperasi Setelah Terhambat COVID-19

Lokasi aplikasi visa di Arab Saudi mulai operasional setelah sempat terhambat COVID-19. Apakah ini tanda travel mulai lancar?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 02 Des 2020, 18:55 WIB
Pelayan mengenakan sarung dan masker melayani pelanggan di sebuah kafe di ibu kota Arab Saudi, Riyadh (21/6/2020). (AFP Photo/Fayez Nureldine)

Liputan6.com, Riyadh - Visa Application Center di Arab Saudi sudah mulai kembali beroperasi setelah terkena disrupsi pandemi COVID-19. Aplikasi visa mulai meningkat bagi warga Saudi yang ingin travel ke luar negeri.

VFS yang merupakan perusahaan spesialis visa mengatakan, sudah ada 20 unit layanan visa mereka yang beroperasi di Arab Saudi.

Dilaporkan Arab News, Rabu (2/12/2020), pihak VFS mengaku unit mereka di berbagai negara juga mulai beroperasi. Hingga 2020, ada 225 juta aplikasi visa yang diproses VFS di banyak negara.

Namun, tentunya aplikasi visa bukan berarti seseorang bisa otomatis pergi ke negara yang diinginkan.

"Kami menyarankan semua traveler mengecek imbauan resmi pemerintah mereka terkait negara tujuan dan persyaratan maskapai," ujar Sumanth Kapoor, regional head VFS Global di Arab Saudi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Warga Arab Saudi Hobi ke Eropa

Seorang pria mengendarai sepeda di sebuah jalan di Paris, Prancis, 25 November 2020. Warga Prancis akan menikmati lebih banyak kebebasan dalam melakukan berbagai kegiatan di luar ruangan mulai 28 November 2020.(Xinhua/Gao Jing)

Ketika ditanya destinasi favorit warga Arab Saudi, Sumanth Kapor menyebut Eropa. Namun, situasi berubah karena pandemi.

"Eropa selalu menjadi destinasi travel faavorit bagi warga Saudi. Namun, karena kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini, tren di Kerajaan tidak sejelas tahun-tahun sebelumnya," ujar Kapoor.

Arab Saudi rencananya akan membuka perbatasan internasional pada akhir tahun ini, tetapi Kapoor menilai perjalanan akan masih terkekang.

"Rencana travel juga tergantung aturan karantina dan ketersediaan penerbangan dari negara destinasi," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Akibat COVID-19, Perayaan Natal dan Tahun Baru di Uni Eropa Akan Berbeda

Orang-orang mengunjungi Lafayette saat hari pertama pembukaan kembali pusat perbelanjaan tersebut di Paris, Prancis, 28 November 2020. Jumlah pasien rawat inap karena COVID-19 di Prancis pada Sabtu terus menurun ketika negara itu mengawali pelonggaran lockdown tersebut. (Xinhua/Gao Jing)

Datangnya musim dingin membuat pemerintah Uni Eropa siaga terhadap penyebaran COVID-19. Kemeriahan acara Hari Natal dan Tahun Baru 2021 di benua biru ikut terdampak. 

Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, Igor Driesmans, menyebut isu Natal merupakan hal sensitif dan tiap negara Eropa memiliki aturan berbeda. Tak ada aturan yang melarang perayaan Natal dan Tahun Baru, meski ada pembatasan ketat.  

"Negara rumah saya Belgia telah mengumumkan bahwa seseorang bisa merayakan Natal dan Tahun Baru di rumah, tetapi jumlah orang yang dapat diundang ke rumah sangatlah dibatasi," ujar Dubes Driesmans pada briefing media, Rabu 2 Desember 2020. 

Sejauh ini, Uni Eropa tak memiliki legislasi khusus mengenai perayaan Natal dan Tahun Baru di tengah pandemi COVID-19. Masing-masing negara memiliki aturan berbeda berdasarkan kurva penularan.

Akan tetapi, Driesmans menyebut sudah ada pembatasan seperti jam malam. Operasional restoran juga dibatasi atau ditutup lebih awal di negara-negara Eropa. 

"Jadi ini tidak akan menjadi Hari Natal dan Tahun Baru seperti sebelumnya," ujar Dubes Driesmans yang berharap situasi akan membaik tahun depan.

 

4 dari 4 halaman

Infografis COVID-19:

Infografis Jangan Lengah Protokol Kesehatan Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya