Banyak Istilah Rumit, Penggunaan Bahasa Daerah Jadi Cara Kampanye 3M Cegah COVID-19

Menurut Ketua Satgas COVID-19, penggunaan bahasa daerah untuk kampanye protokol kesehatan 3M untuk mencegah COVID-19, jadi salah satu cara mempercepat informasi tentang penyakit tersebut.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Des 2020, 15:43 WIB
Seorang perempuan melewati mural yang mengajak orang untuk memakai masker di tengah pandemi Covid-19 di Surabaya, Minggu (25/10/2020). Mural di sepanjang dinding itu sebagai sarana imbauan kepada masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19. (Juni Kriswanto/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Penggunaan bahasa daerah menjadi salah satu strategi pemerintah untuk menyampaikan kampanye terkait pencegahan dan penanganan COVID-19 di masyarakat, salah satunya adalah protokol kesehatan 3M.

Dalam seminar daring Peluncuran Pedoman Perubahan Perilaku Protokol Kesehatan 3M dalam 77 Bahasa Daerah, Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo, banyak istilah-istilah terkait virus corona menggunakan bahasa yang asing.

Beberapa istilah tersebut misalnya: protokol, new normal, adaptasi, hingga istilah medis seperti asimptomatik, physical distancing, dan social distancing.

"Ini tentunya akan sulit bagi masyarakat kita, untuk memahami apa yang dimaksud tersebut. Padahal penjelasan tentang COVID-19 ini harus secara sederhana dan mudah sehingga bisa diterima dengan baik oleh masyarakat," kata Doni pada Selasa (1/12/2020).

Selain itu, bahasa daerah juga menjadi salah satu cara untuk mempercepat informasi mengenai COVID-19 kepada masyarakat.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Tunjukkan Keragaman Indonesia

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan rata-rata pemeriksaan spesimen mencapai 270.000 dari sekitar 33.000 orang per hari saat dialog di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (22/10/2020). (Tim Komunikasi Publik Satgas COVID-19)

Menurut Doni, penggunaan bahasa daerah untuk menyebarkan informasi soal COVID-19 juga menunjukkan betapa besar dan beragamnya suku, bahasa, dan kebudayaan Bangsa Indonesia.

"Menunjukkan juga tingkat perilaku masyarakat yang tentu tidak sama di setiap daerah," katanya.

Di kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim juga mengatakan bahwa saat ini, pesan-pesan yang disampaikan pemerintah lewat kampanye pencegahan COVID-19 masih perlu ditingkatkan.

"Antara lain karena bahasa yang terlalu tinggi atau rumit. Tantangan komunikasi dan sosialisasi publik ini harus dapat cepat diatasi, mengingat pentingnya konten kampanye pencegahan penyebaran COVID-19 bagi keselamatan masyarakat," kata Nadiem.

 

3 dari 4 halaman

Lebih Dekat Secara Emosional

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memperkenalkan konsep Kampus Merdeka. (Foto: Kemendikbud)

Nadiem menilai, mengubah pesan-pesan ke dalam bahasa yang paling dekat dengan masyarakat seperti bahasa daerah, adalah hal yang sangat tepat.

"Apalagi bahasa daerah sebagai bahasa ibu, adalah sarana yang dapat mendekatkan pesan secara lebih emosional kepada penuturnya," kata mantan bos Gojek itu.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Satgas Penanganan COVID-19 sendiri merilis Pedoman Perubahan Perilaku Protokol Kesehatan 3M dalam 77 Bahasa Daerah.

Doni pun berharap dengan dirilisnya pedoman dalam bahasa daerah tersebut, informasi soal COVID-19 bisa dipelajari dengan lebih cepat.

Selain itu menurut Nadiem, dengan diterjemahkannya pedoman perilaku 3M ke dalam bahasa daerah, para penuturnya dapat merasa lebih dekat dan dapat memahami pesan pedoman tersebut, dan nantinya akan tergerak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

4 dari 4 halaman

Infografis 3M Turunkan Risiko Covid-19 Berapa Persen?

Infografis 3M Turunkan Risiko Covid-19 Berapa Persen? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya