Di Balik Mitos Larangan Warga Jrakah Mengungsi ke Barat dan Selatan Saat Merapi Erupsi

Desa Jrakah masih berpegang pada nasihat-nasihat orang tua, atau pun mitos

Oleh SoloPos.com diperbarui 16 Nov 2020, 09:00 WIB
Letusan Gunung Merapi, Selasa pagi (3/3/2020) dari Pos Jrakah. (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

Boyolali - Kepala Desa Jrakah, Tumar, mengungkapkan warganya tidak mengungsi ke arah barat dan selatan jika Gunung Merapi Erupsi. Oleh karenanya, pemdes pun memfasilitasi tempat pengungsian di utara desa.

Hal itu diungkapkan oleh Tumar saat kegiatan sosialisasi aktivitas Gunung Merapi kepada masyarakat yang ada di kawasan rawan bencana, Sabtu (14/11/2020). Sosialisasi ini melibatkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Tumar mengatakan warga di Desa Jrakah masih berpegang pada nasihat-nasihat orang tua, atau pun mitos. Nasihat itu yakni larangan lari ke barat atau ke selatan saat Gunung Merapi meletus.

“Jadi mereka pakai mitos lari ke utara atau timur. Maka kami juga menfasilitasi, ketika harus ada pengungsian besar, kalau ke utara itu ke Dukuh Jarak lalu bisa diangkut langsung ke Karanggeneng, Kecamatan Boyolali, sebagai sister village,” ungkap dia.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Desa Bersaudara

Petugas mengamati aktivitas Gunung Merapi di Pos Pengamatan Gunung Api Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (8/11/2020). BPPTKG melaporkan adanya potensi erupsi akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi, seperti guguran lava, lontaran material hingga awan panas. (Liputan6.com/Gholib)

Tumar mengatakan sejauh ini sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah Desa Karanggeneng mengenai kesiapan program sister village tersebut. Mengenai wilayah yang masuk KRB III, berdasarkan lokasi yang direkomendasikan BPPTKG adalah Dukuh Sepi dan Jarak.

Namun menurut Tumar, Dukuh Kajor, sebagian Tosari dan Jrakah juga masuk di dalamnya. Sebab wilayah tersebut berdekatan dengan bantaran Kali Apu. Untuk jumlah penduduk, total di Desa Jrakah ada sekitar 4.400 jiwa. Sedangkan di KRB III ada sekitar 2.000.

Sementara itu Staf Ahli Geologi BPPTKG, Dewi Sri Sayudi, mengatakan dalam sosialisasi itu pihaknya menyampaikan mengenai kondisi aktivitas Gunung Merapi kepada warga dan tokoh masyarakat yang hadir. Dimana saat ini sudah ada peningkatan status aktivitas dari waspada ke siaga.

“Sampai hari ini aktivitas Merapi baik seismisitasnya dan deformasi terus meningkat. Deformasi hari ini sekitar sudah mencapai 12 sentimeter hingga 13 sentimeter per hari,” kata dia saat ditemui wartawan di Balai Desa Jrakah, Sabtu. Menurutnya, sejak adanya erupsi pada Juni lalu, deformasi terus mengalami peningkatan.

Dapatkan berita menarik Solopos.com lainnya, di sini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya