Menilik Al-Qur'an Tulisan Tangan Milik Keturunan Majapahit di Gunungkidul

Sebuah Al-Qur'an tulisan tangan Kanjeng Raden Tumenggung Wiroyudo masih tersimpan rapi di Masjid Jami Wonojoyo Gunungkidul.

oleh Hendro diperbarui 21 Okt 2020, 01:00 WIB
Sebuah Al-Qur'an tulisan tangan Kanjeng Raden Tumenggung Wiroyudo masih tersimpan rapi di Masjid Jami Wonojoyo, Kalurahan Genjahan, Kapanewonan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. (Liputan6.com/ Hendro Ary Wibowo)

Liputan6.com, Gunungkidul - Sebuah Al-Qur'an tulisan tangan Kanjeng Raden Tumenggung Wiroyudo masih tersimpan rapi di Masjid Jami Wonojoyo, Kalurahan Genjahan, Kapanewonan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. KRT Wiroyudo merupakan keturunan Majapahit yang akhirnya menyebarkan Islam di Gunungkidul.

Takmir Masjid Jami' Wonojoyo, Jayani Zaini (67) sampai saat ini masih setia merawat Al-Qur'an tulisan tangan tersebut. Meski sudah mulai lapuk dimakan usia, dirinya berusaha merawat dan membersihkannya secara rutin. Bahkan Zaini membuatkan tempat khusus untuk menyimpan Al-Qur'an tulisan tangan yang sangat bersejarah itu.

"Saya simpan di kotak biar aman. Memang jarang dibuka meski sekadar dibaca, takut rusak," katanya kepada Liputan6.com, Senin (19/10/2020).

Zaini menuturkan, Al-Qur'an bersejarah tersebut sejatinya milik Muhammad Ihsan, putra dari KRT Wiroyudo. Di waktu kecil, Muhammad Ihsan dan saudaranya, Hasan, disekolahkan ke Arab Saudi selama beberapa tahun. Keduanya menuntut ilmu di Arab Saudi dan akhirnya kembali ke Indonesia.

Sekembalinya ke Indonesia, keduanya membantu KRT Wiroyudo menyebarkan Islam di daerah Wonosari. Sesudah itu, KH Muhammad Ihsan mendekati raja di Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dengan mengabdi sebagai abdi dalem. Kemudian karena jasanya tersebut, KH Muhammad Ihsan diberi tanah Merdikan sekitar 1 hektare di Padukuhan Wonojoyo.

Di samping itu, KH Muhammad Ihsan juga mendapatkan putri Triman (putri pemberian raja) untuk dipersuntingnya. Setelah memiliki anak dan istri kemudian ia mendapatkan pesan untuk mendirikan rumah limasan dan joglo yang sangat sederhana.

"Rumahnya dulu di depan masjid ini," ungkap Zaini.

Kemudian lama-kelamaan, KH Muhammad Ihsan mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Rodhatul Qulud. Santri di pondok pesantren tersebut bukan berasal dari daerah Wonosari saja, tapi juga dari luar daerah.

KH Muhammad Ihsan juga mendirikan masjid yang sekarang bernama Masjid Jami Wonojoyo. "Kemudian dari kerajaan beliau ditunjuk sebagai khotib dan imam masjid tersebut," katanya.

Zaini sendiri tidak mengetahui kapan Al-Qur'an bersejarah tersebut disusun. Namun yang pasti dirinya sudah mulai merawat Al-Qurlan tulisan tangan ini sejak 1997. Sempat ke Jakarta lalu kembali lagi, dirinya mendapati Al-Qur'an itu sudah tak bersampul dan tampak rapuh termakan usia.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya