Donald Trump Umumkan Perjanjian Damai Israel-UEA, Hasilnya Tak Jadi Caplok Tepi Barat

Donald Trump juga men-tweet pernyataan bersama antara AS, UEA dan Israel, menyebut perjanjian itu sebagai terobosan diplomatik bersejarah.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Agu 2020, 09:49 WIB
Konpers Presiden AS Donald Trump mengakhiri hubungan AS dan WHO. Dok: Gedung Putih

Liputan6.com, Washington, D.C - Dalam jumpa pers, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Oval Office bahwa ia informasi yang sangat khusus. Di mana, dua pemimpin Israel dan UEA membuat kesepakatan damai.

Trump juga men-tweet pernyataan bersama antara AS, UEA dan Israel, menyebut perjanjian untuk "normalisasi penuh hubungan" antara Israel dan Uni Emirat Arab sebagai "terobosan diplomatik bersejarah."

Dikutip dari laman CNN.com, Jumat (14/8/2020), UEA dan Israel berencana untuk bertukar kedutaan dan duta besar, menurut pernyataan itu.

Kesepakatan ini akan menjadikan UEA sebagai negara Arab ketiga yang membuka hubungan dengan Israel, setelah Mesir dan Yordania.

"Kesepakatan ini merupakan langkah signifikan untuk membangun Timur Tengah yang lebih damai, aman, dan makmur," kata Trump.

"Itu akan dikenal sebagai Abraham Accord," kata Trump tentang perjanjian tersebut, yang menurut Duta Besar AS untuk Israel David Friedman, dinamai dari "bapak dari ketiga agama besar" yaitu Kristen, Muslim, dan Yahudi.

"Saya ingin itu disebut Donald J. Trump Accord tetapi saya tidak berpikir pers akan mengerti itu," kata Trump sambil tertawa.

Trump juga menyarankan bahwa negara lain akan mengikuti jejak UEA.

"Kami sudah membahas ini dengan negara lain," kata Trump.

Trump juga menyebut dengan adanya kesepakatan ini membuat Israel akan menangguhkan sementara rencana untuk mencaplok Tepi Barat, sebagai bagian dari kesepakatan perdamaian baru dengan Uni Emirat Arab.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Penolakan Palestina

Petugas medis Palestina membantu seorang anak laki-laki yang terluka dalam bentrokan dengan tentara Israel di dekat wilayah perbatasan dengan Israel, Kota Gaza timur, pada 6 Desember 2019. (Xinhua/Mohammed Dahman)

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, bagaimanapun, menolak kesepakatan tersebut. Juru bicara Abu Rudeineh, membaca dari pernyataan di luar markas Abbas di Ramallah di Tepi Barat, mengatakan itu adalah "pengkhianatan terhadap Yerusalem, Al-Aqsa dan perjuangan Palestina".

Ditanya apakah pemimpin Palestina telah mengetahui kesepakatan itu akan datang, negosiator veteran Hanan Ashrawi mengatakan: "Tidak. Kami dibutakan. Ini benar-benar intrik penjualan."

Di Gaza, Fawzi Barhoum, juru bicara kelompok Islam bersenjata Hamas, mengatakan: "Normalisasi adalah tusukan dari belakang perjuangan Palestina dan itu hanya mendukung Israel."

Sheikh Mohammed bin Zayed dari UEA mengatakan perjanjian itu akan menghentikan aneksasi Israel lebih lanjut atas wilayah Palestina, di mana Israel telah menunggu lampu hijau dari Washington.

Pejabat senior UEA Anwar Gargash mengatakan kesepakatan itu membantu meredakan apa yang disebutnya bom waktu. Gargash mendesak Israel dan Palestina untuk kembali ke meja perundingan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya