Indonesia Ranking 3 Tuberkulosis, Jokowi: Lacak Pasien TBC Berbarengan dengan COVID-19

Saat pelacakan pasien COVID-19, bisa juga dibarengi dengan mencari pasien TBC.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 22 Jul 2020, 12:36 WIB
Ilustrasi TBC

Liputan6.com, Jakarta Masuk dalam jajaran tiga besar kasus tuberkulosis (TBC) di dunia setelah India dan China, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta dilakukan pelacakan secara agresif pasien TBC. Jokowi menyarankan pelacakan pasien TBC bisa dilakukan berbarengan dengan tracing COVID-19.

Hal ini dilakukan agar pada 2030 Indonesia bisa bebas TBC. "Kita sudah memiliki model untuk COVID-19, yaitu pelacakan secara agresif untuk menemukan di mana mereka, harus dilakukan. Ini mungkin kita nebeng COVID-19 ini, kita juga lacak yang TBC," kata Jokowi saat memimpin Rapat Terbatas (Ratas) terkait Percepatan Penanganan Tuberkulosis di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7/2020).

”Kendaraannya sama, kita bisa menyelesaikan dua hal yang penting bagi kesehatan rakyat kita. Kalau itu bisa, saya kira akan mempercepat,” katanya lagi.

Pelacakan pasien TBC diperlukan mengingat jumlah yang terdeteksi masih sedikit. Diprediksi ada 845 ribu penduduk penderita TBC tapi yang ternotifikasi baru 562 ribu. Belum lagi, yang terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis mayoritas usia produktif.

"Sehingga yang belum terlaporkan masih kurang lebih 33 persen. Ini hati-hati," kata Jokowi seperti dikutip laman setkab.go.id ditulis Rabu (22/7/2020).

 

Saksikan juga video menarik berikut

2 dari 2 halaman

Obati Sampai Sembuh

Infografis TBC (Liputan6.com/Yoshiro)

Upaya selanjutnya yang bisa dilakukan adalah layanan diagnostik maupun pengobatan TBC harus terus tetap berlangsung diobati sampai sembuh, mulai stok obat-obatan juga dipastikan harus tersedia.

”Kalau perlu memang butuh Perpres atau Permen segera terbitkan, sehingga prinsip kita sejak awal: temukan, obati, dan sembuh itu betul-betul bisa kita laksanakan,” tutur pria yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Solo ini.

Upaya ketiga, yakni pencegahan, preventif, dan promotif untuk mengatasi TBC ini betul-betul harus lintas sektor, termasuk dari sisi infrastruktur.

”Semuanya harus dikerjakan terutama untuk tempat tinggal atau rumah yang lembap, kurang cahaya matahari, tanpa ventilasi. Terutama ini tempat-tempat yang padat ini perlu, kepadatan lingkungan,” ujarnya.

Jokowi menekankan bahwa upaya dalam pengurangan kasus TBC di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tap juga Kementerian Sosial tetapi juga Kementerian PUPR harus dilibatkan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya