Rupiah Melemah Seiring Kekhawatiran Kenaikan Kasus Positif Covid-19

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.245 per dolar AS hingga 14.319 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Jul 2020, 10:40 WIB
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Rupiah ditutup menguat 170 poin atau 1,19 persen menjadi Rp14.113 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.283 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai rupiah rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Rabu ini. kekhawatiran pasar terhadap kenaikan kasus positif Covid-19 menekan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Rabu (1/7/2020), rupiah dibuka di angka 14.245 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.265 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah melemah ke 14.319 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.245 per dolar AS hingga 14.319 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,88 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.341 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.302 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah kembali tertekan seiring kekhawatiran pasar terhadap kenaikan kasus positif Vocid-19.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu, mengatakan kekhawatiran melambatnya pemulihan ekonomi karena masih meningginya kasus positif COVID-19 akan menekan pergerakan aset berisiko.

Selain itu, lanjut Ariston, pengesahan UU Keamanan Hong Kong berpotensi meningkatkan ketegangan antara AS dan China, yang juga akan memberikan sentimen negatif ke aset berisiko.

"Rupiah bisa tertekan dengan sentimen negatif tersebut," ujar Ariston dikutip dari Antara.

Dari domestik, hari ini akan dirilis data inflasi Indonesia Juni 2020. Apabila menunjukkan angka yang lebih rendah di bawah dua persen (yoy), yang mengindikasikan aktivitas ekonomi Indonesia melambat, juga bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah.

Ariston memperkirakan rupiah berpotensi kembali melemah dengan kisaran 14.150 per dolar AS hingga 14.330 per dolar AS.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani Prediksi Rupiah di Kisaran 15.300 per Dolar AS pada 2021

Aktivitas penukaran uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Nilai tukar Rupiah pada Kamis (19/3) sore ini bergerak melemah menjadi 15.912 per dolar Amerika Serikat, menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan terus menunjukkan penguatan. Ia pun memperkirakan rupiah bakal berada di kisaran 14.500 per dolar AS hingga 15.500 per dolar AS di 2020 dan terus menguat ke 14.900 per dolar AS hingga 15.300 per dolar AS di 2021.

 Sri Mulyani menjelaskan, sejak awal tahun hingga hari ini nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi 8,9 persen. Namun dalam catatan dia, gerak nilai tukar pada minggu kedua April ini masih lebih kuat jika dibandingkan dengan posisi Maret lalu.

“Tentu karena kita semua tahu bahwa kondisi ini masih sangat tidak pasti maka kisaran proyeksi akan terlihat akan sangat bervariasi dari institusi ke institusi untuk nilai tukar rupiah kami perkirakan untuk 2021 ada di kisaran 14.900 per dolar AS hingga 15.300 per dolar AS,” kata Sri dalam Rapat kerja Komisi XI DPR membahas Asumsi Dasar dalam KEM PPKF RAPBN 2021, pada Senin 22 Juni 2020.

Lebih lanjut, ia mengatakan, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari negara-negara lain, maka nilai tukar rupiah akan cenderung menguat. Hal tersebut terjadi karena pemulihan ekonomi yang baik akan menarik arus modal masuk.

Namun, ia juga tak memungkiri bahwa pemulihan ekonomi negara maju khususnya Amerika Serikat akan menentukan likuiditas dolar AS di pasar global.

“Kondisi saat ini rupiah jauh lebih kondusif dibandingkan Februari-Maret 2020 ketika terjadi volatilitas yang sangat tinggi. Proyeksi nilai tukar dalam dokumen KEM PPKF perlu disesuaikan,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya