Di Balik Lezatnya Menu Lebaran, Tersimpan Malapetaka Saat Disantap Berlebihan

Ahli Gizi Tirta Prawita Sari menyebutkan beberapa karakteristik yang terkandung dalam menu lebaran.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Mei 2020, 21:00 WIB
JW Marriott Jakarta menyajikan sajian opor ayam dan rendang untuk sajian Lebaran (Foto: JW Marriott Jakarta)

Liputan6.com, Jakarta Ahli Gizi Tirta Prawita Sari menyebutkan beberapa karakteristik yang terkandung dalam menu lebaran. Menurutnya, karakteristik menu lebaran di setiap keluarga Indonesia memiliki kesamaan, misalnya hidangan ketupat yang disajikan dengan kuah opor atau rendang.

“Itu rata-rata menggunakan santan, kalau tidak kacang-kacangan atau bahan lain yang membuat masakan tinggi lemak jenuh dan lemak trans,” ujar Tirta dalam webminar Komunitas Peduli Gizi, Kamis (21/5/2020).

Penggunaan daging menyumbang kandungan natrium atau sodium yang sangat tinggi. Bumbu-bumbu yang ditambahkan dan cara memasak yang cenderung lama akan menambah karakteristik tinggi garam pada masakan, tambahnya.

Karakteristik selanjutnya adalah rendah serat. Hal ini diakibatkan sayur yang dimasak dalam waktu lama dan berulang kali. Zat gizi mikro yang larut dalam air pun akan hilang.

“Yang paling menjadi sorotan dari segalanya adalah makanan dan minuman tinggi gula. Jadi, secara keseluruhan, karakteristik menu lebaran adalah tinggi energi atau kalori.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Menyikapi Karakteristik Menu Lebaran

Untuk menyikapi karakteristik menu lebaran, Tirta menyarankan mengurangi atau membatasi konsumsinya. “Kita harus berdamai dan meninggalkan memori atau kenangan masa lalu kita tentang hidangan lebaran.”

 Jika masih ingin memakan makanan tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama, makan dengan gembira dan tekadkan bahwa itu hanya dilakukan di hari raya dan tidak akan dilakukan di hari berikutnya.

“Makan saat lapar datang, berhentilah bila lapar sudah tidak terasa. Anda hanya bosan, carilah kegiatan lain.”

Upayakan simpan toples kue di lemari, selalu gunakan gula subtitusi, ganti santan dengan susu, kunyah makanan secara perlahan dan biarkan mulut menikmati setiap suapan, tutup Tirta.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya