Restrukturisasi Kredit Disebut Tak Cukup Bantu UMKM Bertahan dari Corona

UMKM menjadi salah satu sektor yang terpuruk, akibat pandemi Covid-19.

oleh Tira Santia diperbarui 19 Mei 2020, 12:29 WIB
Pekerja menyelesaikan produksi kulit lumpia di rumah industri Rusun Griya Tipar Cakung, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM terus mendongkrak UMKM dengan menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berbunga cukup rendah, yakni 6 persen. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang terpuruk, akibat pandemi Covid-19. Wabah ini hampir melumpuhkan roda perekonomian dalam negeri.

Kendati begitu, pemerintah mengeluarkan relaksasi kredit yang diharapkan bisa membantu keberlanjutan usaha pelaku UMKM sehingga mampu bertahan menghadapi kondisi tidakpastian ini.

Namun tetap saja meskipun para pelaku UMKM diberikan bantuan, masih ada ada peluang dan tantangan yang besar yang akan dihadapi oleh UMKM, di tengah wabah yang tidakpasti kapan berakhirnya.

Menanggapi hal itu, Chairman Infobank Institute, Eko B. Supriyanto mengatakan bahwa ke depannya UMKM membutuhkan modal kerja untuk keberlangsungan usahanya.

"Jika pada krisis sebelumnya tahun 1998 dan 2008, UMKM masih punya daya tahan yang kuat, karena pada waktu yang terkena adalah sektor korporasi besar. Tapi, sekarang sektor UMKM yang paling terkena,”kata Eko dalam acara Diskusi Media InfobankTalkNews , Selasa (19/5/2020).

Selain itu, Eko melihat dari  sisi keuangan UMKM saat ini terkena problem cash atau kehabisan uang tunai untuk menutup kebutuhan pribadi, juga, soal kredit macet. Sementara pemerintah sudah memberi relaksasi untuk penyelesaain kredit macetnya.

Lanjutnya, apabila dilihat dari catatan, total kredit perbankan terdampak Covid-19 yang telah berhasil direstrukturisasi hingga minggu (10/5/2020) mencapai Rp336,97 triliun. Jumlah kredit itu berasal dari 3,88 juta debitur. Sebagian besar merupakan kredit UMKM, yakni sebesar Rp167,1 triliun dari 3,42 juta debitur.

 

2 dari 2 halaman

Masih Bisa Bertahan

Pedagang kerajinan menunggu pembeli saat pameran UMKM Export BRILian Preneur 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (20/12/2019). UMKM Export BRILian Preneur 2019 berlangsung hingga 22 Desember. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kepala Ekonom BNI, Ryan Kiryanto, menyebut  sebetulnya peluang UMKM di tahun ini masih bisa untuk bertahan, hal itu sejalan dengan keluarnya kebijakan pemerintah, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memberikan banyak keringanan, dan kelonggaran kepada pelaku UMKM, terutama yang terdampak Covid-19.

"Bantuan likuiditas, keringanan pajak, penundaan pembayaran kewajiban kepada bank sesuai dengan POJK 11/2020 pasti bisa meringankan beban keuangan mereka," kata Ryan.

Namun, kendati ada bantuan dari pemerintah terkait relaksasi, sangat penting juga bagaimana menangani UMKM ke depan setelah kondisi ekonomi menuju ke The New Normal, supaya mereka nantinya UMKM tidak gagap atau shock ketika terjadi banyak perubahan pasca covid-19.

"Pelatihan teknik produksi, marketing dan akuntasi dengan menggunakan perangkat digital harus sudah dikenalkan kepada mereka (UMKM), karena perilaku konsumen berubah dengan adanya situasi normal yang baru (new normal)," pungkas Ryan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya