Hasil Tracing di Pabrik Rokok Tulungagung, 23 Karyawan Reaktif Usai Jalani Rapid Test

Tim tracing akan memperdalam penyisiran penyebaran Corona COVID-19 di pabrik rokok di wilayah tersebut.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 04 Mei 2020, 23:15 WIB
Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Pelaksanaan rapid test di sebuah pabrik rokok di Desa Gesikan, Tulungagung sudah dilakukan. Sebanyak 23 dari 246 karyawan reaktif dari hasil rapid test atau tes cepat.

"Mereka yang reaktif atau positif hasil rapid test, tadi sudah dilanjutkan tes Swab PCR. Hasilnya belum keluar," kata Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso, di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin malam (4/5/2020). 

Kohar menceritakan, semula penyebaran COVID-19 di pabrik rokok tersebut diketahui setelah seorang karyawan hendak berobat ke rumah sakit, dan ternyata terindikasi mengalami gejala COVID-19. 

Mengetahui hal itu, kemudian tim tracing terjun langsung melakukan rapid test terhadap 214 karyawan perusahaan, dan 17 di antaranya positif.

"Dari 17 itu, lima orang karyawan berasal dari Kabupaten Kediri, lima dari Kota Kediri, dan tujuh warga Kabupaten Tulungagung," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Rapid Test Gelombang Kedua

Petugas medis mengambil sampel darah saat screening test virus corona COVID-19 di Pasar Modern BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/4/2020). Screening test pendeteksi dini tersebut dilakukan di 12 lokasi di Tangerang Selatan untuk menanggulangi COVID-19. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Kemudian tim tracing kembali melakukan rapid test gelombang kedua terhadap 32 karyawan lainnya, hasilnya ada enam orang positif COVID-19  dan merupakan warga Tulungagung. 

"Jadi total ada 23 karyawan yang positif hasil rapid test, sekarang mereka telah menjalani isolasi mandiri sambil menunggu hasil tes Swab PCR," ujarnya.

Selanjutnya, lanjut Kohar, tim tracing akan memperdalam penyisiran penyebaran Corona COVID-19, utamanya dari perusahaan rokok tersebut. Mengingat, perusahaan rokok itu bersebelahan dengan perusahaan rokok yang memiliki karyawan lebih banyak.

"Ini agak mengkhawatirkan. Kita khawatir ada interaksi dengan perusahaan yang berdekatan dengan perusahaan dengan karyawan lebih banyak," pungkas Kohar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya