Indef: Larangan Mudik Demi Ekonomi Nasional Lebih Baik

Selama ini tradisi mudik menjadi ladang emas bagi pertumbuhan konsumsi masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Apr 2020, 15:00 WIB
Calon penumpang bersiap menaiki bus di Terminal Kalideres, Jakarta, Kamis (30/5/2019). Menurut Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) puncak arus mudik di Terminal Kalideres diprediksi akhir pekan ini, mulai dari Jumat hingga Sabtu. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, kebijakan pelarangan mudik berpotensi menurunkan ekonomi nasional. Sebab tradisi mudik menjadi ladang emas bagi pertumbuhan konsumsi masyarakat.

Namun, inilah cara yang harus ditempuh pemerintah demi mengakhiri pandemi covid-19 yang membuat terpuruknya ekonomi domestik.

"Mudik ini biasanya jadi amunisi pertumbuhan ekonomi, mobilitas orang akan diikuti pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Tapi kalau mudik tetap dilakukan, kita khawatir pandemi covid-19 tidak usai," ujar Enny dalam diskusi larangan mudik secara virtual bersama sejumlah ahli, Rabu (22/4/2020).

Menurut Enny sejatinya potensi masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik lebaran 2020 sudah mengalami penurunan. Ini terkait aturan pemerintah yang terlebih dahulu melarang pegawai ASN melakukan mudik dan para pekerja sektor informal yabg telah lebih awal melakukan perjalanan mudik sebelum aturan PSBB dan larangan mudik diputuskan pemerintah.

Di samping itu, pembatasan operasional transportasi umum dan pengaturan kapasitas penumpang untuk menjaga pshycal distancing. Berimbas pada menurunnya minat masyarakat untuk melali perjalanan mudik.

 

2 dari 2 halaman

Harus Segera Diterapkan

Antrean kendaraan melintasi ruas Tol Jakarta-Cikampek, Bekasi, Rabu (13/6). Pada H-2 Lebaran, kepadatan di ruas tol Jakarta-Cikampek disebabkan karena penyempitan jalur, lantaran ada proyek pembangunan LRT dan Tol Elevated. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Oleh karenanya implementasi aturan larangan mudik harus segera diterapkan untuk membatasi pergerakan manusia disaat wabah corona berlangsung.

Sebab ditakutkan pandemi ini tidak akan berakhir meskipun sudah melewati bulan Mei atau Juni, seperti yang diprediksi sejumlah ahli.

"Kalau nggak selesai nggak ada yang bisa bertahan hidup. Sebab tanpa penghasilan untuk 2 sampai 3 bulan ke depannya," pungkasnya.

Sulaeman

Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya