Aksi Jual Masih Menghantui Bursa Asia, Filipina Setop Perdagangan

Otoritas bursa saham Filipina menghentikan perdagangan sampai pemberitahuan lebih lanjut.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Mar 2020, 08:30 WIB
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia tergelincir pada pembukaan perdagangan Selasa pagi mengikuti penurunan yang dicetak oleh Wall Street. Otoritas bursa Filipina bahkan menghentikan perdagangan.

Mengutip CNBC, Selasa (17/3/2020), indeks acuan Kospi Korea Selatan memimpin kerugian di antara pasar utama di wilayah tersebut dengan tergelincir 3,75 persen pada awal perdagangan.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 tergelincir 2,62 persen sementara indeks Topix turun 2,2 persen.

Saham-saham di Australia mampu bertahan. Indeks S&P/ASX 200 naik tipis 0,44 persen setelah anjlok hampir 10 persen pada hari Senin. Itu terjadi menjelang rilis risalah pertemuan Reserve Bank of Australia, yang diharapkan pada hari Selasa sekitar pukul 8:30 pagi.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang diperdagangkan 0,49 persen lebih rendah.

Sementara otoritas bursa Filipina menghentikan perdagangan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Dalam sebuah pernyataan di situs web Bursa Efek Filipina, dikatakan perdagangan dihentikan untuk memastikan keselamatan karyawan dan pedagang mengingat meningkatnya kasus penyakit coronavirus (COVID-19).

Fokus investor bursa Asia pada hari Selasa ini masih pada situasi yang berkembang pesat di sekitar wabah virus Corona, yang telah menginfeksi lebih dari 181 ribu orang di seluruh dunia dan merenggut setidaknya 7.113 nyawa, menurut Universitas John Hopkins.

"Langkah-langkah drastis oleh Fed dan Bank Sentral lain telah gagal menenangkan pasar dengan investor masih berjalan menuju pintu keluar dari aset berisiko karena pemerintah meningkatkan tindakan radikal mereka untuk menahan wabah Virus Corona," jelas Rodrigo Catril, analis National Australia Bank.

2 dari 2 halaman

Wall Street Terkapar

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street anjlok tajam pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Indeks acuan Dow Jones Industrial Average (DJIA) menderita kejatuhan terburuk sejak “Black Monday” pada 1987.

Kejatuhan tersebut tetap terjadi meskipun Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) berjanji untuk memberikan stimulus moneter besar-besaran untuk menahan laju kejatuhan pertumbuhan ekonomi. 

Mengutip CNBC, Selasa (17/3/2020), Dow Jones Industrial Average ditutup 2.997,10 poin lebih rendah, atau turun 12,9 persen ke level 20.188,52. Indeks S&P 500 turun 12 persen menjadi 2.386,13, mencapai level terendah sejak Desember 2018.

Sementara Nasdaq Composite ditutup 12,3 persen lebih rendah ke level 6.904,59 dan merupakan perdagangan terburuk yang pernah ada.

"Pasar tidak bisa beristirahat dari kecemasan bahkan setelah tindakan bersejarah Fed kemarin. Pengaruh virus Corona masih mendominasi berita utama dunia," Frank Cappelleri, direktur eksekutif di Instinet.

“Kami tidak dapat memperdebatkan fakta, dan kami berurusan dengan masalah yang jauh lebih besar dari sekedar ekonomi,” tambah Cappelleri.

Rata-rata kejatuhan indeks acuan utama di Wall Street tersebut terjadi usai Presiden AS Donald Trump mengatakan wabah terburuk bisa bertahan hingga Agustus. Dia juga mengatakan kepada wartawan bahwa AS mungkin menuju resesi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya