Pagi Menikmati Taste Istimewa Secangkir Kopi Pegunungan Cilacap

Kopi dijual dalam bentuk biji mentah. Akan tetapi, beberapa petani di pegunungan Cilacap sudah memulai menjual dalam bentuk olahan

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 14 Mar 2020, 06:00 WIB
Kopi Gunung Malang, Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemkab Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Cilacap lebih populer sebagai wilayah pesisir. Maklum, kota Cilacap berimpitan dengan Samudera Hindia. Terlebih, ada Pulau Nusakambangan dan Dermaga Tanjung Intan.

Tak banyak yang tahu bahwa sebagian wilayah Cilacap juga terdiri dari pegunungan. Tentu saja, komoditas andalannya beda dengan wilayah pesisir. Salah satunya adalah kopi.

Berada di Ketinggian antara 600-1.000 meter di atas permukaan laut, kawasan pegunungan Kecamatan Wanareja dan Dayeuhluhur, Cilacap punya kopi unggulan. Kopi pegunungan Cilacap punya taste beda dibanding kopi-kopi dari wilayah lainnya.

“Nah, ada yang ditanam di sekitar hutan pinus. Itu ada taste tersendiri, aromanya khas,” kata Gufron, seorang petani di Wanareja.

Sejak puluhan tahun silam kopi di kawasan Palujantung yang meliputi Palugon, Jambu dan Cigintung dikenal secara luas. Bahkan, kopi dari wilayah ini diakui sebagai yang terbaik karena ditanam di wilayah dengan ketinggian tempat dan curah hujan yang optimal.

Biasanya, kopi dijual dalam bentuk biji mentah. Akan tetapi, beberapa petani di pegunungan Cilacap sudah memulai menjual dalam bentuk olahan.

“Rasanya khas. Beberapa teman yang sudah saya undang ke sini bilangnya istimewa. Perlu dikembangkan,” dia mengklaim.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Pengembangan Kopi Pegunungan Cilacap

Kopi pegunungan Wanareja, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Tahun ini sejumlah petani mulai membibit kopi Robusta lokal. Kopi itu akan dikembangkan di lahan milik penduduk. Petani juga mulai menerapkan teknologi pengelolaan pascapanen kopi untuk meningkatkan kualitas.

Ketua Koperasi Desmantara, Akhmad Fadli mengatakan pasar kopi terbuka semakin luas seiring meningkatnya konsumsi kopi nasional. Bahkan, kopi juga bisa menjadi komoditas ekspor yang potensial.

Bahkan, pada masa kolonial Belanda, kopi Jawa pernah menguasai pasar dunia. Dia pun yakin, dengan tata kelola yang baik, pasar dunia akan menerima kopi Indonesia.

“Yang dibutuhkan adalah kualitas tata kelola perkebunan kopi, pascapanen, branding,” kata Fadli.

Namun begitu, dia pun menilai pasar lokal Indonesia masih terbuka luas. Terlebih kini banyak bermunculan kafe dan kedai kopi.

Hotel-hotel berbintang pun kini justru memburu kopi lokal Indonesia. Tentu saja, yang sudah kualitasnya.

Karenanya, Koperasi Desmantara berkomitmen mendampingi para petani untuk mengembangkan area perkebunan kopi, teknologi pascapanen, pengemasan, hingga pemasaran kopi.

“Kita juga sedang menginisiasi sebuah kawasan untuk pusat kopi. Jadi ada satu hamparan khusus untuk komoditas ini,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya