Pemerintah Anggap Surat Bebas Corona di Masyarakat Tidak Perlu

Yurianto mengatakan, angka kematian corona sekitar 2 sampai 3 persen. Hal tersebut tidak sebanding dengan penyebaran virus MERS dan SARS

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2020, 16:02 WIB
Juru Bicara Indonesia untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto memberikan keterangan terkait corona di Kantor Presiden, Komplek Istana, Jakarta, Jumat (6/3/2020). Achmad Yurianto mengungkapkan pengembangan terus dilakukan dalam pemeriksaan ke-25 orang tersebut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona (COVID-19), Achmad Yurianto menyebut bahwa surat sertifikasi bebas Corona tidak perlu. Dia mengimbau masyarakat tidak panik berlebihan menyikapi corona.

"Kepanikan masyarakat sekarang tidak sejalan dengan ini, bahkan beberapa institusi, untuk mendapatkan surat keterangan bebas Corona, ini tidak perlu. Tidak ada gunanya surat sertifikat bebas virus corona, itu tidak ada manfaatnya," kata dia di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (6/3/2020).

Menurut dia, angka kematian Corona sekitar 2 sampai 3 persen. Hal tersebut tidak sebanding dengan penyebaran Virus MERS dan SARS yang dinilai  jauh lebih tinggi. Kemudian, kultur masyarakat Indonesia sudah tahu dan sudah mampu melaksanakan upaya pencegahan.

"Karena zaman dulu kita sudah menghadapi influenza, dan sudah paham betul, kalau sedang influensa kurangi aktifitas fisik. kalau anak masuk sekolah, kurang aktifitas fisik, kita beri makanan bergizi, beri masker dan kita awasi dia," tutur dia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kedepankan Edukasi Masyarakat

Sejumlah penumpang menggunakan masker saat antre memasuki kereta Mass Rapid Transit (MRT) di Stasiun Bundaran HI Jakarta, Selasa (3/3/2020). Penumpang dengan gejala demam tinggi dilarang masuk dan menggunakan MRT sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona Covid 19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menurutnya, dari gambaran besar dari seluruh dunia terkait Corona, penyakit tersebut tidak disertai dengan tanda-tanda klinis terlalu berat dan lebih cenderung kepada gejala influensa sedang. 

"Karena memang orangnya pada umumnya tidak merasa sakit. Merasa sakit sering bukan merupakan suatu gambaran lenyakit yang berat," ucapnya.

Yuri menyebut, ini tantangan untuk mengedukasi masyarakat sehingga bisa mengendalikan diri untuk tidak menjadi sakit. Bukan untuk menjadi panik dan melakukan tindakan irasional sehingga malah merugikan banyak aspek.

"Mari mengedukasi masyarakat kita agar tidak panik. Penyakit ini bukan penyakit baru dalam tataran pemahaman kita karena ini adalah penyakit influenza, tidak berbahaya," tegas Yuri. 

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya