Hari Lahir Pramoedya Ananta Toer, Warganet Kenang Karya-karyanya dengan Cara Ini

Nama Pramoedya Ananta Toer sangat melekat dengan Tetralogi Burunya. Ia menuliskan dengan gaya bahasa yang ringan, tetapi kaya akan nilai, rasa, dan sejarah.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 06 Feb 2020, 16:30 WIB
Film Bumi Manusia dan Perburuan (Sumber: Instagram/falconpictures_)

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tak kenal dengan Pramoedya Ananta Toer, salah satu sastrawan terbaik di Indonesia? Baru beberapa waktu lalu, salah satu karyanya berhasil bertengger di layar lebar Tanah Air, Bumi Manusia.

Namun, tahukah kamu hari ini tepat pada 6 Februari Pramoedya berulang tahun. Biasa dipanggil dengan sebutan Pram, ia menciptakan banyak tulisan dari dalam jeruji penjara setelah dianggap membangkang.

Dalam awal karyanya, ia memiliki gaya prosa yang kaya dengan menggabungkan bahasa Jawa sehari-hari dengan gambaran budaya Jawa klasik.

Saksikan Video Pilihan Di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Sempat diasingkan ke Pulau Buru

Pramoedya Ananta Toer (Via: akpetrik.cz)

Pram juga dekat dengan kelompok kebudayaan kiri dan sempat menjadi ketua pimpinan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), yaitu sebuah organisasi yang secara ideologi dekat dengan komunis.

Ketika terjadi peristiwa G30 S PKI, saat itulah semua yang berafiliasi golongan kiri dibersihkan. Pram adalah salah satunya. Ia sempat dipenjara di Rumah Tahanan Militer Tangerang dan Nusakambangan, sampai diasingkan ke Pulau Buru.

Ketika dalam pengasingan tersebutlah, ia mencurahkan isi pikirannya. Ia menghasilkan empat karya yang menjadi legenda hingga saat ini. Keempat bukunya yang lebih dikenal dengan Tetralogi Buru, adalah Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

3 dari 3 halaman

Saat ini siapa pun bisa membaca karyanya

Pramoedya Ananta Toer dijuluki sebagai Bapak Realisme Sosialis

Pemerintah sempat melarang hasil karya dari pemikirannya yang berjudul Bumi Manusia. Namun, karyanya tersebut justru mendapat pujian dan dianggap sebagai karya agung internasional. Selain itu, Bumi Manusia juga sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa.

Meski karyanya sempat dilarang pada zaman Orde Baru, saat ini siapa pun bisa menikmati karya sastrawan terbaik Indonesia tersebut.

Berulang tahun pada 6 Februari, para penggemarnya ikut mengenang Pram sebagai penulis yang berani dan menghasilkan karya yang abadi. 

 

Penulis: 

Ulya Kaltsum 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya