Studi: Jalan-Jalan ke Museum Bisa Bantu Perpanjang Usia

Sebuah studi menyatakan bahwa menikmati museum atau galeri seni cukup untuk membantu memperpanjang usia.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 03 Jan 2020, 09:00 WIB
Pengunjung melihat diorama sejarah pahlawan prempuan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu (22/12/2019). Pameran ini dalam rangka memperingati Hari Ibu yang berlangsung dari 22 desember 2019 - 22 januari 2020. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Jika Anda mencari pilihan tepat untuk berlibur di tahun baru, cobalah untuk mengunjungi teater, museum, atau galeri seni. Sebuah studi menyatakan secara rutin berwisata ke tempat-tempat tersebut bisa memperpanjang umur.

Para peneliti di University College London menyatakan bahwa keterlibatan secara rutin dengan seni dalam beberapa bulan sekali bisa menurunkan risiko kematian dini hingga 31 persen,

Dilansir dari The Independent pada Selasa (31/12/2019), para peneliti meminta lebih dari 6 ribu orang yang berusia di atas 50 tahun. Mereka diminta membuat daftar seberapa sering mereka terlibat dalam aktivitas seni.

Hasil penelitian menunjukkan, hanya menikmati kegiatan seni dan budaya sekali atau dua kali dalam setahun saja bisa mengurangi 14 persen risiko kematian selama periode studi selama 12 tahun. Ini lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah terlibat sama sekali.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Manfaat Terlibat dalam Kegiatan Seni

Museum Surabaya (sumber: iStockphoto)

Hasil temuan itu sudah termasuk faktor-faktor lain, seperti status perkawinan, pekerjaan, kekayaan, pendidikan, dan kelompok pertemanan.

"Kami menemukan bahwa keterlibatan seni dapat memiliki keterkaitan dengan perlindungan umur panjang pada orang dewasa yang lebih tua, yang sebagian besar dapat dijelaskan oleh perbedaan dalam kognisi, kesehatan mental, dan aktivitas fisik," tulis peneliti utama Daisy Fancourt seperti dikutip dari The Sun.

Namun, penelitian ini mendapatkan kritik dari beberapa peneliti lain, yaitu Nicola Gill dan Stephen Clift dari Canterbury Christ Church University.

Menurut mereka, orang-orang yang merasa kesepian atau tertekan mungkin mendapatkan manfaat dari partisipasi seperti kegiatan budaya. Namun, mereka paling kecil kemungkinan untuk melakukannya.

"Lebih dari 40 persen peserta dalam kelompok yang paling tidak kaya juga melaporkan bahwa mereka tidak pernah mengakses kegiatan budaya," tulis keduanya.

"Pekerjaan yang sekarang harus dilakukan adalah untuk memastikan bahwa manfaat kesehatan dari kegiatan ini bisa diakses oleh mereka yang akan mendapat manfaat paling besar," tulisnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya