Cek Fakta: Hoaks Ambon dan Seram akan Hilang Akibat Patahan

Viral kabar tentang pulau Ambon dan Seram akan hilang karena patahan. Benarkah?

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 21 Okt 2019, 18:43 WIB
ilustrasi Cek Fakta

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang Ambon dan Pulau Seram yang bakal tenggelam akibat tsunami, viral di media sosial.

Kabar ini diunggah oleh akun facebook Yanton Pelafu pada 11 Oktober 2019 lalu. Akun ini menuliskan bahwa posisi Ambon dan Pulau Seram tepat di atas tubir jurang palung laut.

 

[Cek Fakta] Gambar Tangkapan Layar Foto Citra Satelit

 

"Ini hasil hasil foto satelit 3 Dimensi kepulauan Maluku, ternyata posisi Ambon lease tepat di atas TUBIR JURANG palung laut paling dalam di dunia,.. justru hal yang sangat menakutkan bagi para ahli bagi Seram ambon Lease bukan Tsunami akan tetapi yg lebih mengerikan adalah patahan atau longsoran jika itu terjadi maka pulau Ambon lease, seram dan sekitarnya ikut patah atau longsor masuk ke dalam jurang palung laut berkilo kilo di dasar lautan, peristiwa sejenis yang di khawatirkan itu pernah terjadi seratus tahun lalu di seram misteri tenggelamnya TANJUNG ELPAPUTIH,.. saat itu elpaputi bukan di hantam Tsunami tetapi faktanya Tanjung ELPAPUTI patah dan jatuh menghilang bersama longsoran ke dalam Palung Laut Seram,...

Banyak Berdoa untuk keselamatan Pualu Ambon Lease," tulis akun facebook Yanton Pelafu.

Konten yang diunggah akun facebook Yanton Pelafu telah 39 kali dibagikan dan mendapat 16 komentar warganet.

 

2 dari 3 halaman

Penelusuran Fakta

Setelah ditelusuri kabar tentang Ambon dan Pulau Seram yang akan tenggelam karena patahan atau longsoran laut ternyata tidak benar.

Fakta ini dikutip dari situs Liputan6.com dengan judul artikel "BNPB: Kabar Ambon dan Seram akan Hilang Akibat Patahan adalah Hoaks".

Liputan6.com, Jakarta - Beredar luas di media sosial, berita palsu atau hoaks tentang posisi Ambon lease tepat di atas tebing jurang laut paling dalam dunia.

Ahli tsunami BNPB Abdul Muhari mengatakan, berita viral tersebut adalah hoaks, gambar batimetri yang diedit sedemikian rupa dan diberikan keterangan seakan-akan ilmiah tetapi bertujuan untuk menyebarkan ketakutan kepada masyarakat.

"Gambar tersebut bukanlah foto satelit 3D karena satelit tidak bisa membuat foto dasar laut apalagi hingga kedalaman 7 km di bawah permukaan laut. Gambar tersebut hanyalah data batimetri biasa (tersedia banyak di internet), yang kemudian diberi efek ketinggian dan kedalaman yang lebih signifikan seakan-akan data ini baru padahal data ini adalah data lama dan data biasa saja," kata Muhari dalam siaran persnya, Sabtu (12/10/2019).

Muhari menegaskan, asumsi jika terjadi gempa dari palung Banda akan menyeret Pulau Ambon dan Seram adalah tidak benar.

"Belum ada dalam sejarah gempa dan tsunami di dunia ada gempa yang menghilangkan satu pulau sebesar Ambon, apalagi sebesar Pulau Seram," tegasnya.

Muhari juga mengungkapkan, jika gempa di kawasan Maluku berpotensi menimbulkan longsoran lokal seperti yang terjadi di Palu tahun 2018 lalu, atau di Semenanjung Elpaputih tahun 1899 benar adanya, tetapi skala-nya lokal.

"Ini harus kita sikapi dengan bijak dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan persiapan rencana evakuasi mandiri yang baik," ungkap Muhari yang pernah bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan ini.

Terkait dengan sebuah penelitian potensi patahan palung Banda oleh Jonathan M. Pownal Gordon S. Lister dan Robert Hall, lanjut Muhari, penelitian tadi telah dipublikasikan pada 2016. "Jadi bukan yang baru saja dipublikasikan," ujarnya.

Menurutnya, penelitian tersebut tidak membahas sama sekali mengenai potensi tsunami atau gempa yang bisa menyeret Pulau Ambon dan Seram.

"Bahkan, dalam hasil penelitian tersebut sangat jelas disebutkan bahwa tidak ada bukti bahwa segmen palung Banda tersebut adalah segmen seismik aktif. Jadi jika ada berita atau tulisan yang mengkaitkan hasil penelitian tersebut dengan prediksi-prediksi kejadian gempa atau tsunami yang akan terjadi di Ambon maka itu adalah hoaks," jelasnya.

Sehubungan dengan berita viral yang beredar di media sosial, kata dia, jejaring sosial digital maupun dari mulut ke mulut, masyarakat diimbau untuk tidak terpancing terhadap berita palsu tadi. Berita seperti ini sengaja ditimbulkan untuk menimbulkan rasa khawatir, panik dan takut di tengah-tengah masyarakat.

Masyarakat diharapkan untuk mengecek informasi resmi potensi bahaya dan parameter gempa atau tsunami dari sumber resmi seperti BMKG, BNPB atau pun BPBD setempat untuk menyikapi berita atau informasi yang tidak benar.

Fakta lainnya bisa dihilat dalam situs setkab.go.id dengan judul artikel "Hoaks, Berita Ambon dan Seram Akan Hilang Akibat Patahan".

Beredar luas melalui media sosial, berita palsu atau hoaks tentang posisi Ambon Lease tepat di atas tebing jurang paling laut paling dalam dunia.

"Berita ini tidak benar sehingga masyarakat tidak perlu panik atau khawatir terkait dengan kondisi yang berkembang akhir-akhir ini," kata ahli tsunami Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul , kepada mantan Gubenur Maluku Karel Ralahalu, Jumat (11/10).

Muhari menyampaikan bahwa berita viral tersebut adalah Hoaks, gambar batimetri yang diedit sedemikian rupa dan diberikan keterangan seakan-akan ilmiah tetapi bertujuan untuk menyebarkan ketakutan kepada masyarakat.

"Gambar tersebut bukanlah foto satelit 3D karena satelit tidak bisa membuat foto dasar laut apalagi hingga kedalaman 7 km di bawah permukaan laut. Gambar tersebut hanyalah data batimetri biasa (tersedia banyak di internet), yang kemudian diberi efek ketinggian dan kedalaman yang lebih signifikan seakan-akan data ini baru padahal data ini adalah data lama dan data biasa saja," ujar Muhari melalui pesan digital Jumat (11/10).

Muhari menyampaikan bahwa asumsi jika terjadi gempa dari palung Banda akan menyeret Pulau Ambon dan Seram adalah TIDAK BENAR.

"Belum ada dalam sejarah gempa dan tsunami di dunia ada gempa yang menghilangkan satu pulau sebesar Ambon, apalagi sebesar Pulau Seram," tegasnya.

Muhari juga mengatakan bahwa jika gempa di kawasan Maluku berpotensi menimbulkan longsoran lokal seperti yang terjadi di Palu tahun 2018 lalu, atau di Semenanjung Elpaputih tahun 1899 benar adanya, tetapi skala-nya lokal.

"Ini harus kita sikapi dengan bijak dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan persiapan rencana evakuasi mandiri yang baik," sambung Muhari yang pernah bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan itu.

Terkait dengan sebuah penelitian potensi patahan palung Banda oleh Jonathan M. Pownal Gordon S. Lister dan Robert Hall, ia menyampaikan bahwa penelitian tadi telah dipublikasikan pada 2016.

"Jadi bukan yang baru saja dipublikasikan," tegas Muhari seraya menambahkan, penelitian tersebut tidak membahas sama sekali mengenai potensi tsunami atau potensi gempa yang bisa menyeret Pulau Ambon dan Seram.

"Bahkan, dalam hasil penelitian tersebut sangat jelas disebutkan bahwa tidak ada bukti bahwa segmen palung Banda tersebut adalah segmen seismik aktif. Jadi jika ada berita atau tulisan yang mengkaitkan hasil penelitian tersebut dengan prediksi-prediksi kejadian gempa atau tsunami yang akan terjadi di Ambon maka itu adalah hoaks," ujar Muhari.

Sehubungan dengan berita viral yang beredar di media sosial, jejaring sosial digital maupun dari mulut ke mulut, Muhari mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing terhadap berita palsu tadi.

Berita seperti ini sengaja ditimbulkan untuk menimbulkan rasa khawatir, panik dan takut di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat diharapkan untuk mengecek informasi resmi potensi bahaya dan parameter gempa atau tsunami dari sumber resmi seperti BMKG, BNPB atau pun BPBD setempat untuk menyikapi berita atau informasi yang tidak benar.

 

3 dari 3 halaman

Kesimpulan

Kabar tentang Ambon dan Pulau Seram yang tenggelam karena posisinya tepat di atas tebing jurang laut paling dalam dunia ternyata hoaks.

Ahli tsunami BNPB Abdul Muhari menyebut, kabar tersebut sengaja diviralkan untuk membuat ketakutan masyarakat.

banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya