Menkominfo: Banjir Barang Impor Bukan Salah E-Commerce

E-commerce tak bisa disalahkan atas maraknya produk impor yang beredar di Indonesia.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 27 Jul 2019, 13:53 WIB
Menkominfo Rudiantara. Liputan6.com/Andina Librianty

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara turut ambil suara terkait dengan banyaknya barang impor di Indonesia karena maraknya bisnis e-commerce.

Menurut Rudiantara, e-commerce tak bisa disalahkan atas maraknya produk impor yang beredar di Indonesia.

"Katanya saat ini salah satu penyumbang defisit negara adalah e-commerce. Saya katakan, ini bisa iya bisa tidak. Bisa iya kalau e-commerce itu sifatnya business to consumer (B to C) dan membawa barang dari luar negeri," tutur Rudiantara di acara konferensi pers perayaan ulang tahun Blibli.com ke-8 di Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (26/7/2019) malam.

Sementara kata Rudiantara, kalau e-commerce tersebut bersifat consumer to consumer (C to C), merchant bukanlah importir. Untuk itu, merchant di e-commerce C to C membeli produk impor dari agen-agen dan distributor di Indonesia.

Oleh karenanya, menurut menteri yang karib dibaca Chief RA ini, distributorlah yang perlu diperhatikan agar tidak melakukan impor barang terlalu banyak dari luar negeri.

"Kita bangsa Indonesia, jangan beli barang luar negeri, memang banyak barang impor yang murah. Namun bisa saja negara lain dumping (menjual barang di luar negeri lebih murah daripada di dalam negeri, -red) ke pasar Indonesia," tutur Rudiantara.

 

2 dari 2 halaman

Apresiasi Blibli.com

Ulang tahun Blibli.com yang ke-8 dihadari oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (berbaju putih) dan CEO Blibli.com Kusumo Martanto. (Liputan6.com/ Agustin Setyo W).

Rudiantara pun mengapresiasi yang dilakukan oleh Blibli.com, mall online asal Indonesia yang memberi kesempatan pada pelaku UMKM untuk menjual barang lewat Blibli.com.

"Perhatian Blibli.com ke UMKM, kompetisi untuk UUMKM di Indonesia yang produksinya dijual lewat Blibli.com banyak mendorong bisnis dari UMKM," kata Rudiantara.

Terlebih, kata Rudiantara, pemerintah tidak berhenti menyediakan ekosistem digital untuk masyarakat Indonesia, terutama untuk membantu berkembangnya ekonomi mikro di tanah air.

"Pada 2020, ditargetkan nilai ekonomi digital Indonesia mencapai USD 130 miliar atau 11 persen dari PDB kita. Itu pencapaian kalau nilai ekonomi digital kita tinggi sekali," ujar Rudiantara.

(Tin/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya