20 Hektare Lahan Gambut di Siak jadi Bubur

Sudah enam hari lahan gambut di Desa Sri Gemilang, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, membara. Puluhan petugas gabungan TNI, Polri dan Manggala Agni berjibaku memadamkan kebakaran lahan itu agar tak meluas.

oleh M Syukur diperbarui 27 Jul 2019, 02:00 WIB
Kebakaran gambut di Kabupaten Siak terus meluas dan mengeluarkan asap. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Sudah enam hari lahan gambut di Desa Sri Gemilang, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, membara. Puluhan petugas gabungan TNI, Polri dan Manggala Agni berjibaku memadamkan kebakaran lahan itu agar tak meluas.

Ragam cara dilakukan petugas menjinakkan api, termasuk membuat gambut terbakar menjadi "bubur". Beberapa embung atau kolam air di tengah lahan terus dibuat sebagai persediaan pendinginan.

Menurut Kepala Pengendalian Operasi Manggala Agni Ihsan Abdillah, gambut terbakar dibuat menjadi "bubur" agar bara di dasarnya tidak mengeluarkan api lagi. Gambut tadi terus disiram sehingga asapnya benar-benar hilang.

"Setelah benar-benar padam, petugas berpindah ke titik lainnya, begitu seterusnya," jelas Ihsan, Jum'at petang, 26 Juli 2019.

Terkait pembuatan embung, Ihsan menyatakan tidak selamanya efektif. Pasalnya air tak selalu muncul di embung yang digali karena cuaca terik.

"Sejauh ini sudah ada 10 embung yang dibuat petugas di lokasi kebakaran," kata Ihsan dihubungi dari Pekanbaru.

Kondisi terakhir, api masih terpantau di beberapa titik. Petugas juga kwalahan sehingga meminta bantuan kepada Satgas Udara di Lanud Roesmin Nurjadin untuk mengerahkan helikopter.

"Helikopter memadamkan kebakaran gambut dengan bom air, sudah ada 20 kali sortiran," sebut Ihsan.

Selama berada di lokasi, air sulit didapatkan. Kanal-kanal sebagai resapan air terkadang kering sehingga petugas harus berpindah-pindah mencari sumber lainnya menggunakan slang cukup panjang.

"Kendala lainnya adalah jarak panjang di lokasi, gambut bekas terbakar mengeluarkan asap," terang Ihsan.

2 dari 2 halaman

Belum Berdampak

Petugas memadamkan kebakaran gambut agar tak meluas ke lahan lainnya. (Liputan6.com/M Syukur)

Sebelumnya berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, hujan mulai minim terjadi di Riau. Mulai dari pagi hingga dini hari, cuaca selalu cerah hingga berawan.

Teriknya cuaca diduga menjadi pemicu munculnya titik panas sebagai indikasi kebakaran lahan dan hutan. Hal ini terlihat dari pantauan satelit BMKG yang menemukan adanya delapan titik panas.

Titik panas itu terdeteksi di Kabupaten Pelalawan sebanyak enam titik dan Indragiri Hulu. Dari jumlah itu, yang dipercaya sebagai titik api atau kemungkinan besar terjadi kebakaran lahan ada empat.

"Titik api atau fire spot terpantau di Pelalawan sebanyak tiga dan Indragiri Hulu satu titik," kata staf BMKG Pekanbaru, Bibin.

Menurut Bibin, kebakaran lahan di Riau pada akhir pekan ini belum berdampak pada jarak pandang. Memang pada pagi hari terlihat kabut menyelimuti sejumlah kabupaten termasuk Pekanbaru.

"Tapi itu bukan asap dari kebakaran lahan, udaranya kabur karena embun," ucap Bibin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya