Daya Beli Masyarakat Tak Turun, Hanya Mulai Pilih-Pilih

Ketua APPBI Stefanus Ridwan mengklaim daya beli masyarakat tidak turun. Hanya saja kini masyarakat lebih selektif dalam membeli kebutuhan.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jul 2019, 14:30 WIB
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan membantah pernyataan yang menyebut adanya penurunan daya beli masyarakat. Disebut-sebut, menurunnya daya beli tersebut kemudian berdampak pada turunnya bisnis pusat perbelanjaan.

"Saya kira daya beli masyarakat tidak turun. Kalau kita bilang turun, misalnya toko-toko jual kaos aja Rp 4 juta, masih laku kok dia," ujar dia saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/7/2019).

Menurut dia, yang saat ini terjadi adalah masyarakat semakin teliti dalam menghabiskan uangnya. Mereka membeli barang-barang yang betul-betul sesuai dengan keinginan.

"Sebenarnya sekarang bukannya (daya beli masyarakat) turun. Dia milih. Lebih bijak menggunakan uangnya. Dia mau pilih apa sih yang dia perlu banget. Apa yang menarik," ungkapnya.

 

2 dari 3 halaman

Dituntut Berinovasi

Belanja Baju Diskon / Sumber: iStockphoto

Karena itu, kata dia, setiap pelaku bisnis harus cerdas-cerdas dalam mengembangkan produk dan mendesain gerainya. Sebab, jika tidak, ia akan kehilangan pembeli.

"Toko fashion yang biasa-biasa saja penampilannya itu enggak mungkin laku. Misalnya busana muslim. Sekarang lagi naik, kan? Hijab juga naik. Pertanyaannya apakah semua beli hijab tertentu. Tidak, kan. Makin lama hijab makin bagus, desainnya makin unik. Ujung-ujungnya orang akan pilih yang unik banget," kata dia.

"Kalau orang bisa ikuti tren pasti dia laku. Kalau fashion dari zaman dia sukses banget di tahun 2.000-an tidak berubah sampai sekarang, siap-siap tutup," ujar Ridwan.

3 dari 3 halaman

BI: Inflasi Juni 2019 Tetap Terkendali

Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) menyatakan indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi tetap terkendali pada Juni 2019.

Inflasi IHK pada Juni 2019 tercatat 0,55 persen (month to month/mtm), melambat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya 0,68 persen (mtm). Demikian mengutip dari laman Bank Indonesia, Senin (1/7/2019).

Dengan perkembangan itu, hingga Juni 2019, inflasi IHK mencapai 2,05 persen (year to date/ytd) atau secara tahunan tercatat 3,28 persen (YoY) lebih rendah dari inflasi bulan lalu sebesar 3,32 persen (YoY).

Penurunan inflasi IHK Juni 2019 dipengaruhi oleh penurunan inflasi kelompok volatile food sejalan dengan berakhirnya pola musiman terkait Ramadan dan Lebaran. Kelompok volatile food mencatat inflasi 1,7 persen (mtm), menurun dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 2,18 persen (mtm).

Penurunan inflasi volatile food dipengaruhi deflasi pada komoditas bawang putih, daging ayam ras dan telur ayam ras. Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh menurunnya permintaan pascaberakhirnya Ramadan dan Lebaran.

Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 4,91 persen (YoY), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya 4,08 persen (YoY).

Kelompok administered prices yang mencatat deflasi seiring dampak positif penyesuaian tarif angkutan udara juga berkontribusi pada penurunan inflasi IHK.

Kelompok administered prices pada Juni 2019 mencatat deflasi sebesar 0,09 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan bulan lalu yang mencatat inflasi 0,48 persen (mtm).

Deflasi pada kelompok administered prices bersumber dari menurunnya tarif angkutan udara sejalan dengan berlanjutnya dampak penerapan kebijakan penurunan tarif batas atas angkutan udara. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi 1,89 persen (YoY) lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,38 persen.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya